Search This Blog

Home » » Asperger Sindrom

Asperger Sindrom

Posted by ®Ugiw Blog on March 26, 2010

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Sindrom Asperger adalah salah satu gejala autism di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif sehingga kurang begitu diterima di lingkungannya. Sindrom Asperger banyak disebut sebagai varian dari autism yang lebih ringan dibandingkan kasus autism klasik. Perlu diketahui, penderita sindrom ini memiliki struktural otak yang secara keseluruhan lebih baik dibandingkan penderita autisme.

Sindrom Asperger ditemukan pertama kali di Jerman oleh Hans Asperger, dokter spesialis anak asal Wina, Austria pada tahun 1942. Penderitanya memiliki kemampuan linguistik dan kognitif yang relatif tidak mengalami penurunan bila dibanding dengan gejala yang ada pada penderita autisme, cenderung mereka memiliki IQ yang normal sampai superior. Kemampuan daya ingat mereka cukup baik. Mereka memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang lain dalam beberapa hal, seperti matematika, hitung-hitungan, pemrograman komputer, dan beberapa sangat menekuni kegiatan menggambar. Belakangan ini diketahui bahwa Albert Einstein adalah penderita Sindrom Asperger, dan kita tahu Albert Eisntein adalah ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Di sini jelas bahwa penderita Sindrom Asperger mampu hidup secara mandiri, tidak seperti halnya autisme. Jadi, Sindrom Asperger bukanlah suatu penyakit mental.

Gangguan Asperger ditandai dengan gangguan dalam interaksi sosial. Mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi dan sulit menerima situasi yang dinamis. Dalam hubungannya dengan orang lain, penderita Asperger menunjukkan atensi untuk berteman, tapi selalu terhambat oleh pendekatannya yang kaku dan tidak sensitif terhadap perasaan orang lain. Mereka mengalami gangguan dalam penggunaan bahasa nonverbal, seperti: tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerakan-gerakan dalam berbicara. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka sering kali akan menganggapnya sedikit aneh.

Penderita Asperger kurang peka terhadap lingkungan, tidak peduli dengan ekspresi emosi orang lain dan kurang empati dengan perasaan orang lain. Penderita gangguan ini menyenangi lingkungan yang penuh rutinitas dan terstruktur. Mereka suka dipuji, suka memperoleh kemenangan, dan mampu menjadi juara, akan tetapi sering kali ceroboh sehingga mengalami beberapa kegagalan dan kekurangsempurnaan.

Mereka memiliki pola bicara yang tidak biasa dan tingkah laku yang unik. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mereka pahami seperti halnya di dalam kamus, sehingga terkesan terlalu baku dan formal untuk digunakan berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi secara keseluruhan pola bicara mereka masih nampak normal.

Penderita Sindrom Asperger dapat terlihat setelah mereka berusia 3 tahun, umumnya dapat diketahui pada usia 4 sampai 5 tahun. Gejala Asperger lebih sulit didiagnosis karena selain penderitanya terlihat normal, pintar, dan cukup kreatif, seringkali terjadi kesalahan diagnosis yang mengarah pada gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), disleksia atau gangguan belajar, skizofrenia ringan, dan gejala autisme lainnya.

Sungguh! Sebagian dari orang tua maupun guru, tidak akan mengira sama sekali tentang timbulnya gejala ini yang mengarah pada dugaan Sindrom Asperger, karena memang penderita sindrom ini terlihat begitu normal dengan perbedaan dibanding anak-anak lain yang mungkin masih ditoleransi.
Faktor genetik mempengaruhi penyebab munculnya Sindrom Asperger. Penderita sindrom ini seringkali mempunyai ayah yang mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Faktor lain mengungkapkan bahwa riwayat Ibu, masa kehamilan, dan persalinan mampu menjadi penyebab sindrom ini pada anak.

Kecenderungan yang kaku dan formal, dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Tentunya hal ini membutuhkan pelatihan secara berkala. Peran serta orang tua maupun anggota keluarga yang lain sangatlah menentukan perkembangan mereka. Seperti adanya orang lain, mereka sangat membutuhkan cinta, kasih sayang, kelembutan hati, empati, kesabaran, dan pengertian.

Pelatihan dalam keluarga dengan sering mengajak mereka berdiskusi ringan, sangat membantu mereka untuk mampu berinteraksi dengan orang lain. Melatih mereka untuk membuat cerita singkat dan sederhana dari sebuah foto atau gambar aktifitas sosial, akan mendukung mereka untuk lebih mampu memahami suatu perubahan situasi yang mereka hadapi. Seringnya mengajak mereka untuk bersenandung atau bernyanyi akan lebih melunakkan kekakuan berbahasanya dan mengolah perasaan mereka.

Akan lebih baik bila penderita Sindrom Asperger dapat bersekolah di lingkungan yang mampu memahami kesulitan mereka. Guru yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk mendukung kemampuan dalam menangani penderita sindrom ini, dapat mengajar dengan lebih efektif pada kelas yang terstruktur, memiliki konsep dan prosedur yang konsisten, serta aturan-aturan yang jelas. Guru akan sangat lebih baik bila selalu menggunakan bahasa yang jelas dan konkrit, sehingga mencegah terjadinya kesalahpahaman.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asperger Sindrome.
Sindrom Asperger (bahasa Inggris: Asperger syndrome, Asperger's syndrome, Asperger's disorder, Asperger's atau AS) adalah salah satu gejala autism di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima. Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autism lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autism lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.

Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki lebih dari satu buah makna. Seorang penderita sindrom Asperger memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti yang ia pahami di dalam kamus. Para penderita sindrom Asperger tidak mengetahui bagaimana memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/eskpersi orang lain. Mereka juga tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu.

Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autism. Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya.

Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan kaki, yang terkadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi/nervous.

Para penderita sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan, tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya.

Banyak berprestasi, tapi sering dianggap aneh. Memiliki kebiasaan yang tidak lazim serta memiliki minat yang sempit. Ketidaklaziman mereka membuat mereka sering dianggap aneh oleh kawan-kawannya di sekolah. Siapakah mereka dengan Asperger itu? Einstein adalah salah satunya. Tokoh lainnya yang tak kalah menakjubkan adalah Bill Gates. Menurut para ahli,baik Einstein maupun Gates, memiliki ciri yang sama yang juga ditemukan pada anak-anak Asperger. Kesamaannya antara lain adalah pada hubungan interpersonal yang tidak biasa (mereka sering sekali penyendiri), dan kebiasaan melakukan gerakan berulang tanpa maksud (Bill Gates sering mengayun-ayunkan kursi duduknya tanpa maksud).

Apakah anda mengetahui ada saudara atau mungkin kawan anda yang kemungkinan adalah anak asperger? Bagaimana mereka bisa dibantu? Bagaimana mengeluarkan potensi terbesar mereka. Asperger pada dasarnya adalah sejenis autism. Namun, ada perbedaan yang mencolok. Anak asperger biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, hanya pada bidang yang mereka anggap menarik saja. Kelebihan ini haruslah bisa dikenali hingga bisa kita bantu untuk dikembangkan. Siapa tahu, anak asperger yang anda kenal sekarang, 10 atau 15 tahun kemudian, akan menjelma menjadi Einstein, atau Bill Gates berikutnya. Siapa tahu bukan?

B. Klasifikasi Asperger Sindrom.
Sindrom Asperger (AS) adalah salah satu gangguan spektrum autisme (ASD) atau gangguan perkembangan meresap (PDD), yang merupakan spektrum kondisi psikologis yang ditandai oleh kelainan interaksi sosial dan komunikasi yang meliputi fungsi individu, dan dibatasi dan kepentingan dan perilaku repetitif.Seperti gangguan perkembangan psikologis lain, ASD dimulai pada masa bayi atau masa kanak-kanak, memiliki kursus mantap tanpa remisi atau kambuh, dan gangguan yang timbul dari perubahan yang berhubungan dengan pematangan di berbagai sistem otak. ASD, pada gilirannya, adalah himpunan bagian autisme yang lebih luas fenotipe (BAP), yang menggambarkan individu yang mungkin tidak memiliki ASD tetapi memiliki autistik-seperti ciri-ciri, seperti defisit social. Dari empat ASD bentuk lain, autisme adalah yang paling mirip dengan AS di tanda-tanda dan kemungkinan penyebab tetapi memerlukan diagnosa gangguan komunikasi dan memungkinkan keterlambatan dalam perkembangan kognitif; sindrom Rett dan gangguan disintegratif masa kanak-kanak berbagi dengan beberapa tanda-tanda autisme tetapi mungkin memiliki penyebab yang tidak terkait, dan gangguan perkembangan meresap tidak disebutkan secara spesifik (PDD-NOS) adalah didiagnosis ketika kriteria untuk kelainan yang lebih spesifik yang tidak terpenuhi.

Sejauh mana tumpang tindih antara AS dan berfungsi tinggi autisme (HFA-autis tanpa disertai keterbelakangan mental) tidak jelas. ASD klasifikasi yang sekarang adalah batas tertentu artefak bagaimana autisme ditemukan, dan mungkin tidak mencerminkan hakikat sebenarnya dari spektrum. Sebuah sidang panel pada tahun 2008 diagnosis autisme yang berhubungan dengan perencanaan penelitian dicatat konferensi masalah dengan klasifikasi AS sebagai subkelompok yang berbeda ASD, dan dua dari tiga kelompok pelarian direkomendasikan menghilangkan AS sebagai diagnosis terpisah di masa depan versi Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental dan dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems.

C. Ciri- cirri Asperger Sindrom.
  • Secara umum beberapa gejala sindrom Asperger:
  • Komunikasi nonverbal yang tidak normal, misalnya menghindari kontak mata, berhadapan dengan orang lain
  • Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain dan kesulitan bersama kelompok bermainnya, misalnya anak lebih suka atau nyaman bersama orang dewasa atau orangtuanya
  • Tidak mampu bersikap spontan dalam menikmati, ketertarikan atau menghargai orang lain
  • Kesulitan memahami ekspresi wajah
  • Ketidakmampuan mengenal emosi
  • Berperilaku tertentu seperti mengisap jari, berjalan berbelok-belok atau gerak tubuh yang ganjil
  • Tidak dapat bersikap fleksibel dan tergantung pada rutinitas
  • Hanyut dalam suasana atau bermain ketergantungan pada sesuatu benda-benda ...tertentu
  • Tidak tertarik dan sensistif terhadap lingkungannya, misalnya dengan suara, baju ...yang idpakai, makanan atau bau-bau busuk
  • Gangguan dalam berbicara atau berbahasa terutama pada penguasaan semantik ..dan intonasi, sehari-harinya kadang mereka juga berbicara dalam bahasa yang ..formal (Hans Asperger menyebut anaknya dengan sebutan “profesor kecil“)
  • Kesulitan dalam menginterpretasikan bahasa atau kesulitan dalam mengartikan ...maksud dalam percakapan
  • Suka mengulang perbuatan-perbuatan yang dilarang
Kesulitan dengan hubungan sosial
Tidak seperti anak / orang dengan autisma ‘klasik’ yang sering nampak tak tertarik dan menarik diri dari dunia disekitar mereka, banyak orang dengan Asperger sindrom ingin bersosialisasi dan menikmati kontak dengan orang lain. Mereka masih kesulitan untuk memahami bukan isyarat lisan, seperti ekspresi wajah, yang membuatnya makin sulit untuk membentuk dan memelihara hubungan sosial dengan orang yang tidak peduli pada kebutuhan mereka.

Kurangnya menunjukkan empati mungkin merupakan aspek paling disfungsional Sindrom Asperger. Individu dengan SA mengalami kesulitan dalam unsur-unsur dasar interaksi sosial, yang mungkin termasuk kegagalan untuk mengembangkan persahabatan atau untuk mencari kesenangan atau prestasi bersama dengan orang lain (misalnya , menunjukkan kepada orang lain objek bunga), kurangnya sosial atau emosional timbal balik, dan gangguan perilaku nonverbal dalam bidang-bidang seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur, dan sikap.

Misalnya seseorang dengan SA mungkin terlibat dalam satu sisi, bertele-tele pidato tentang topik favorit, sementara kesalahpahaman atau tidak mengakui perasaan pendengar atau reaksi, seperti kebutuhan akan privasi atau tergesa-gesa untuk pergi. sosial ini kecanggungan telah disebut "aktif tapi aneh". Ini kegagalan untuk bereaksi dengan tepat untuk interaksi sosial dapat muncul sebagai mengabaikan perasaan orang lain, dan mungkin tampil sebagai tidak peka.

Kemampuan kognitif anak-anak dengan SA seringkali memungkinkan mereka untuk mengartikulasikan norma-norma sosial dalam konteks laboratorium, di mana mereka mungkin dapat menunjukkan pemahaman teoritis emosi orang lain, namun mereka biasanya mengalami kesulitan bertindak berdasarkan pengetahuan ini dalam cairan, situasi kehidupan nyata. Hipotesis bahwa individu dengan SA yang cenderung pidana kekerasan atau perilaku ini telah diselidiki tetapi tidak didukung oleh data.

Selain yang diatas tadi ada beberapa cirri, antara lain:
a. Kesulitan dengan komunikasi
Orang dengan Asperger sindrom boleh berbicara dengan fasih tetapi mereka tak boleh mengambil banyak pesan menyangkut reaksi orang yang mendengarkan mereka; mereka boleh berbicara terus – menerus dengan mengabaikan pendengar yang tertarik atau mereka boleh tidak merasa kepada perasaan mereka.

Disamping memiliki keterampilan bahasa yang baik, orang dengan Asperger sindrom dapat menyebabkan permasalahan ketika melebihkan – lebihkan bahasa dan ungkapan. Anak dengan Asperger sindrom mungkin dibingungkan atau ditakutkan oleh pernyataan seperti ‘dia menggigit kepalaku’. Untuk membantu seseorang dengan Asperger sindrom memahami Anda, gunakanlah kalimat singkat yang jelas dan ringkas.

b. Bicara dan bahasa
Walaupun individu dengan Sindrom Asperger memperoleh keterampilan bahasa umum tanpa penundaan yang signifikan dan ucapan mereka biasanya tidak memiliki kelainan signifikan, pemerolehan bahasa dan penggunaan sering atipikal. Kelainan termasuk penggunaan terlalu banyak kata, tiba-tiba transisi, dan kesalahpahaman penafsiran harfiah dari nuansa, penggunaan metafora bermakna hanya dengan pembicara, persepsi pendengaran defisit, sangat bertele-tele, formal atau istimewa pidato, dan keanehan di kenyaringan, intonasi, dan irama.

Individu dengan SA mungkin gagal untuk memantau apakah pendengar tertarik atau terlibat dalam percakapan. Kesimpulan pembicara atau titik mungkin tidak pernah dibuat, dan upaya oleh pendengar untuk menguraikan isi pidato atau logika, atau untuk beralih ke topik yang terkait, sering tidak berhasil.

c. Anak-anak dengan SA mungkin memiliki kosakata yang sangat canggih di usia muda dan telah menjadi bahasa sehari-hari disebut sebagai "profesor kecil", tetapi mengalami kesulitan untuk memahami bahasa kiasan dan cenderung menggunakan bahasa secara harfiah. [1] Anak-anak dengan SA tampaknya memiliki kelemahan tertentu di bidang bahasa yang meliputi nonliteral humor, ironi, dan menggoda. Walaupun individu dengan SA biasanya memahami dasar kognitif humor mereka tampaknya kurang memahami maksud humor untuk berbagi kesenangan dengan orang lain. Meskipun bukti kuat adanya gangguan humor penghargaan, laporan anekdot humor pada individu dengan SA tampak menantang beberapa teori-teori psikologis AS dan autistik.

d. Kekurangan daya imajinasi
Ketika mereka melampaui pelajaran fakta dan gambar , anak dengan Asperger sindrom menemukan bahwa mereka kesulitan untuk berpikir secara abstrak. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada anak-anak disekolah dimana mereka mungkin kesulitan pada beberapa subyek seperti sastra atau pelajaran agama.

e. Minat khusus
Anak dengan Asperger sindrom seringkali mengembangkan minat pada hobby atau koleksi. Biasanya minat mereka meliputi mengatur atau menghafalkan fakta tentang obyek khusus, seperti jadwal kereta, pemenang sepakbola atau dimensi bangunan.

f. Mencintai rutinitas
Anak dengan Asperger sindrom sering menemukan perubahan yang merepotkan. Anak – anak muda mungkin memaksakan rutinitas mereka, seperti berjalan dengan rute yang sama ke sekolah. Disekolah, mereka boleh jadi tersinggung oleh perubahan yang mendadak, seperti perubahan jadwal. Anak dengan Asperger sindrom lebih suka menyusun jadwal harian mereka menurut pola. Jika mereka bekerja dengan jam yang telah diatur kemudian terjadi keterlambatan yang tidak diharapkan seperti kemacetan lalu lintas atau keterlambatan kereta, dapat membuat mereka merasa terganggu.

Anak dengan AS memiliki keteratrikan dengan peta, globe atau rute jalan, ia dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat peta, disamping itu anak AS juga mempunyai kemampuan membaca, namun mereka tidak mengerti dengan apa yang barusan ia baca (hyperlexia).

Tenaga medis haruslah melakukan beberapa studi banding terhadap kasus AS yang diduga muncul pada pasien, diagnosa banding adalah; autisme infantil, gangguan kepribadian schizoid, gangguan kepribadian obsessive-compulsive, retardasi mental, ADHD, sebelum memutuskan diagnosa secara tepat.

g. Lain
Individu dengan Sindrom Asperger mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala yang independen terhadap diagnosis, tetapi dapat mempengaruhi individu atau keluarga Ini termasuk perbedaan dalam persepsi dan masalah dengan keterampilan motorik, tidur, dan emosi.

Anak-anak dengan ASD sering menunjukkan persepsi yang disempurnakan perubahan kecil dalam pola-pola seperti pengaturan objek atau gambar terkenal; biasanya ini adalah domain-spesifik dan melibatkan pengolahan halus fitur. Sebaliknya, dibandingkan dengan individu dengan autisme berfungsi tinggi, individu dengan SA memiliki defisit dalam beberapa tugas yang melibatkan persepsi visual-spasial, persepsi pendengaran, atau memori visual. Banyak account individu dengan AS dan laporan lain ASD sensoris dan persepsi yang tidak biasa keterampilan dan pengalaman. Mereka mungkin sangat sensitif atau tidak sensitif terhadap suara, cahaya, sentuhan, tekstur, rasa, bau, rasa sakit, suhu, dan rangsangan lain, dan mereka mungkin menunjukkan sinestesia; tanggapan indera ini ditemukan dalam gangguan perkembangan lain dan tidak spesifik kepada AS atau ASD. Ada sedikit dukungan untuk peningkatan berkelahi-atau-lari atau kegagalan habituasi di autistik; ada bukti menurun lebih tanggap terhadap rangsangan sensoris, walaupun beberapa studi menunjukkan tidak ada perbedaan.. Seperti bentuk-bentuk lain ASD, orang tua anak-anak dengan SA memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.

Kriteria berdasarkan DSM IV tahun 1994
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti yang ditunjukkan berikut (sekurangnya dua gejala):
  • Ditandai gangguan dalam penggunaan perilaku nonverbal seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
  • Gagal mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut .tingkat perkembangan.
  • Gangguan untuk secara spontan membagi kesenangan, perhatian atau prestasi dengan orang lain (seperti kurang memperlihatkan, membawa atau .menunjukkan obyek yang menjadi perhatian orang lain).
  • Tidak adanya timbal balik sosial dan emosional.
 2. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang -kurangnya satu dari berikut :
  • Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik, dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
  • Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.
  • Manerisme motorik stereotipik dan berulang (menjentik dan mengepak-ngepak tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
  • Preokupasi persisten dengan bagian-bagian obyek.
3. Gangguan ini menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

4. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunikatif digunakan pada usia 3 tahun).

5. Tidak terdapat keterlambatan bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan ketrampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keingintahuan tentang lingkungan pada masa kanak-kanak.

6. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pervasif spesifik atau skizofrenia

D.    Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak Asperger . 
Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya.  Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autism dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002).
Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).
Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut.
Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002). 
Faktor penyebab kemunculan AS tidak diketahui dengan pasti, penelitian menitikberatkan adanya beberapa gangguan di otak. Saat ini para ahli sedang meneliti fungsi yang berbeda pada area-area tertentu di otak terutama pada fase fetal. Diperkirakan kemunculan AS disebabkan oleh adanya gangguan struktur otak yang mempengaruhi kerja susunan syaraf terhadap cara kontrol otak dan perilaku, Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kemunculan AS adalah faktor genetika.
E.    Penanganan untuk anak Asperger  
Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:
     1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
-    Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
-    Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
-    Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
•    Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
•    Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
•    Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
•    Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
•    Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
•    Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
•    Sediakan guru pendamping
   Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan- tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
-    Komentar-komentar pembuka yang tepat
-    Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
•    Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik
•    Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang ….lain
•   Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk …komik sebagai suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi …yang berbeda
•   Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata kunci dan emosi-emosi terkait
3) Pada masalah minat dan rutinitas : 
•    Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
•    Kurangi tingkat kecamasan anak
         4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk : 
•   Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa turut bermain bola
•    Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
•    Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
•    Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan
5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk  :
•   ..Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan peran dan instruksi-instruksi
•    Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau berbicara
•    Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode …..rahasia
•    Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca, menulis, atau berhitung
•    Hindari kritik dan omelan
     6) Masalah kepekaan sensoris
•    Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada waktu yang sama
•    Lakukan terapi integrasi sensoris
•    Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
•    Hindari cahaya yang terlalu terang
•    Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya
Selain menurut Attwood (2002), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain
a.    Treatment
Pemberian treatment difokuskan pada tiga bidang simtom yang muncul pada AS; komunikasi, perilaku mengulang dan fisik. Keberhasilan treatment tergantung pada penyusunan program yang disesuaikan dengan minat dan karakteristik sang anak.
b.    Terapi
Perawatan ideal untuk terapi koordinat sebagai alamat itu gejala utama dari gangguan, termasuk keterampilan komunikasi yang buruk dan obsesif atau rutinitas berulang-ulang. Sementara kebanyakan profesional setuju bahwa semakin dini intervensi, semakin baik, tidak ada satu paket perawatan terbaik. sebagai perawatan menyerupai berfungsi tinggi lainnya ASDs, kecuali bahwa memperhitungkan kemampuan linguistik, kekuatan verbal, dan nonverbal kerentanan individu dengan SA. Sebuah program yang khas biasanya mencakup:
•    pelatihan keterampilan sosial untuk interaksi interpersonal yang lebih efektif, [65]
•    terapi perilaku kognitif untuk meningkatkan pengelolaan stres yang berkaitan dengan emosi kecemasan atau bahan peledak, [66] dan untuk mengurangi minat dan berulang obsesif rutinitas,
•    obat, untuk hidup berdampingan kondisi seperti penyakit depresi,
•    okupasi atau terapi fisik untuk membantu masyarakat miskin integrasi sensoris dan koordinasi motorik,
•    intervensi komunikasi sosial, yang khusus terapi wicara untuk membantu dengan pragmatis dari memberi dan menerima percakapan normal,
•    pelatihan dan dukungan orang tua, terutama dalam teknik perilaku untuk penggunaan di rumah.
Dari banyak penelitian tentang perilaku berbasis program-program intervensi awal, sebagian besar adalah studi kasus hingga lima peserta, dan biasanya memeriksa beberapa masalah perilaku seperti melukai diri, agresi, ketidakpatuhan, stereotypies, atau bahasa spontan; yang tidak diinginkan efek samping sebagian besar diabaikan. Meskipun popularitas pelatihan keterampilan sosial, efektivitasnya tidak kokoh. Sebuah studi randomized controlled model bagi orangtua pelatihan dalam masalah perilaku anak-anak mereka dengan AS menunjukkan bahwa orang tua menghadiri lokakarya satu hari atau enam pelajaran individu melaporkan masalah perilaku yang lebih sedikit, sementara orangtua menerima pelajaran individu kurang intens melaporkan masalah-masalah perilaku anak-anak di AS mereka. pelatihan kejuruan adalah penting untuk wawancara kerja mengajarkan etiket dan perilaku kerja anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dengan AS, dan organisasi perangkat lunak dan data pribadi asisten untuk meningkatkan manajemen kerja dan kehidupan orang-orang dengan SA yang berguna.
c.    Ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial (social skills training) bertujuan untuk mengajarkan anak dengan ketrampilan dalam berinteraksi dengan anak-anak sebayanya. Penderita AS mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup. Penderita AS diajarkan teknik coping dari perilaku orang-orang disekelilingnya, dengan mencontoh perilaku orang individu juga srategi menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial dan frustrasi. Disamping itu pasien juga dilatih untuk mengenal situasi sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi baru.
d.    Ketrampilan berkomunikasi
Anak diberikan cognitive behavioral therapy (CBT) yang bertujuan untuk membantu anak dalam memanage emosinya secara lebih baik sehingga anak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, terapi ini juga berguna untuk mengendalikan perilaku mengulang dan rutinitas. Terapi ini dapat dilakukan secara individual ataupun dengan kelompok.Terapi komunikasi dan bahasa meliputi; perilaku nonverbal, mengenal dan membaca perilaku nonverbal pada orang lain, kesiagaan diri, perspective taking skill, dan interpretasi komunikasi.
Penderita Asperger mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup. Strategi menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial dan frustrasi. Dibutuhkan latihan untuk mengenal situasi sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi seperti ituDan ada strategi- adalah sebagai berikut :
 Behavioral Modification.
Program Behavioral Modification dilakukan untuk melatih anak agar bersikap lebih layak dan dapat diterima secara sosial. Dalam program ini yang diintervensi adalah :  rutinitas harian, pengendalian temper tantrum, komunikasi, aspek emosi.
 Terapi komunikasi
Ketrampilan sosial dan komunikasi sebaiknya diajarkan oleh ahli komunikasi untuk berbicara pragmatis. Keadaan ini dapat dilakukan dalam terapi dua orang atau terapi kelompok kecil. Terapi komunikasi meliputi: perilaku nonverbal yang sesuai (cara memandang untuk interaksi sosial, memonitordan mencontoh perubahan suara), membaca kode verbal dari perilaku nonverbal orang lain , social awareness,perspective talking skill, interpretasi yang benar untuk komunikasi yang berarti ganda.
 Kelompok self support
Kelompok self support dapat membantu penderita Asperger. Pengalaman kecil pada kelompok self-support memberi kesan bahwa individu dengan gangguan Asperger menikmati kesempatan tertentu dengan orang lain. Ia dapat mengembangkan hubungan di sekitar aktivitasnya dengan orang lain untuk membagi perhatian. Perhatian khusus dibuat untuk menciptakan kesempatan sosial melalui kelompok minat. Mereka membutuhkan kasih sayang, kelembutan hati, kepedulian, kesabaran dan pengertian. Jika mereka mendapatkannya, sedikitnya dapat lebih terlibat dalam masyaraka
e.    Pelatihan pada orangtua
Pelatihan pada orangtua bagaiman menghadapi simtom dan memberi dukungan kepada anak dengan gangguan AS.
Strategi yang dapat dilakukan:
1) Melatih anak dalam berbicara, orangtua harus bersikap sabar dan penuh kasih sayang dalam berbicara dengan anak gangguan AS. Orangtua diharapkan sesering mungkin mengajak anaknya berbicara dengan menyesuaikan kemampuan anak dimiliki anak, bicaralah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
2) Berikanlah tugas-tugas yang mampu diselesaikan oleh anak berserta dengan instruksi yang jelas (baik berupa perintah atau gambar), tanyankanlah pada anak apakah ia sudah cukup menegrti dengan tugas yang diberikan.
3) Usahakanlah anak menatap orangtuanya ketika berbicara.
4) Berikanlah pujian ketika ia dapat menyelesaikan tugasnya dan ketika ia melakukan hal-hal lain yang positif tanpa disuruh
5) Latihlah anak untuk belajar memilih dari beberapa alternatif yang diajukan.
f.    Pendidikan.
Sangat bermanfaat jika anak dimasukkan ke sekolah yang memahami kesulitan anak dan orangtuanya. Guru harus menyadari bahwa muridnya mempunyai gangguan perkembangan dan berbeda dari murid lain. Ketrampilan, konsep, prosedur yang teratur, strategi kognitif dan norma-norma perilaku dapat diajarkan dengan efektif. Beberapa prinsip umum sekolah agar dapat diaplikasikan pada anak dengan gangguan Asperger :
 Rutinitas kelas harus konsisten, terstruktur, dan sebisa mungkin dapat diramalkan. Mereka harus dipersiapkan terlebih dahulu. Termasuk jadwal istirahat, hari libur dan sebagainya.
 Aturan diterapkan dengan seksama. Beberapa anak kaku dengan aturan. Pedoman dan aturan diterangkan dengan jelas, akan lebih menolong jika melalui tulisan.
 Guru mengambil kesempatan pada bidang yang menjadi perhatian anak saat mengajar. Anak akan belajar dengan baik dan memperlihatkan motivasi dan perhatian yang besar bila sesuai dengan yang dijadwalkan.
 Banyak anak gangguan Asperger berespon baik secara visual dengan alat seperti : jadwal.
 Secara umum mengajar dengan konkrit. Hindari gaya bahasa yang sulit dimengerti seperti sarkasme, idiom dan sebagainya.
 Pastikan bahwa staf lain seperti guru olahraga, sopir bus, petugas perpustakaan dan kafetaria mengetahui keadaan anak.
g.    Pekerjaan
Dalam pekerjaan, manfaatkan kemampuan mereka untuk dapat mandiri. Kemandirian dalam berbagai bidang menjadi prioritas. Penderita gangguan Asperger dilatih dan ditempatkan pada pekerjaan yang mendapat dukungan dan perlindungan dengan demikian mereka tidak akan mengalami gangguan psikologik. Sebaiknya pekerjaan mereka tidak melibatkan tuntutan sosial yang intensif, tekanan waktu atau membutuhkan perubahan cepat. Jangan ditempatkan pada situasi baru yang membutuhkan pemecahan masalah
h.    Medikasi
Perlu diingat bahwa tidak ada obat-obatan medis yang dapat menyembuh gangguan AS ini, dokter akan memberikan obat bila disertai dengan beberapa gejala lain berupa gangguan kecemasan, atau depresi misalnya. Pemberian obat-obatan seperti jenis serotonin; risperidone, olanzapine, quetiapine diperuntukkan untuk meredam perilaku agresivitas atau self injuries. Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetin diberikan bila disertai dengan gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan perilaku obsesif.
Tidak ada pengobatan secara langsung mengobati gejala inti AS. Meskipun penelitian ke dalam kemanjuran intervensi untuk farmasi AS terbatas, itu sangat penting untuk mendiagnosa dan mengobati komorbiditas kondisi. Defisit mengidentifikasi diri emosi atau dalam efek mengamati perilaku seseorang pada orang lain dapat membuat sulit bagi individu-individu dengan AS untuk melihat mengapa pengobatan mungkin diperlukan. Obat bisa efektif dalam kombinasi dengan intervensi perilaku dan lingkungan komorbiditas akomodasi dalam mengobati gejala seperti gangguan kecemasan, depresi utama , kekurangan perhatian dan agresi. The atipikal neuroleptic obat risperidone dan olanzapine telah ditunjukkan untuk mengurangi gejala-gejala terkait SA; risperidone dapat mengurangi repetitif dan perilaku yang merugikan diri, ledakan agresif dan impulsif, dan memperbaiki pola perilaku stereotip dan keterkaitan sosial. The selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) fluoxetine, fluvoxamine dan sertraline telah efektif dalam mengobati dibatasi dan kepentingan dan perilaku repetitif.
Perawatan harus diambil dengan obat-obatan; kelainan dalam metabolisme, konduksi jantung kali, dan peningkatan risiko diabetes tipe 2 telah dibesarkan sebagai keprihatinan dengan obat-obat ini, bersama dengan serius neurologis jangka panjang efek samping. SSRI dapat mengakibatkan manifestasi dari perilaku aktivasi seperti peningkatan impulsif, agresi dan gangguan tidur. berat badan dan kelelahan yang biasanya dilaporkan efek samping risperidone, yang juga dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk ekstrapiramidal gejala seperti kegelisahan dan dystonia dan peningkatan serum prolaktin tingkatan. Sedasi dan penambahan berat badan yang lebih umum dengan olanzapine, yang juga telah dihubungkan dengan diabetes. Sedative efek samping pada anak-anak usia sekolah memiliki konsekuensi untuk kelas belajar. Individu dengan SA mungkin tidak dapat untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasikan suasana hati dan emosi internal atau untuk mentoleransi efek samping yang bagi kebanyakan orang tidak akan bermasalah.
i.    Nutrisi.
Nutrisi dapat menolong anak dengan gangguan Asperger. Makanan bebas gluten dan kasein sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hipotesis opioid pada autisme. Mega dosis vitamin dan mineral dianjurkan pada penatalaksanaan ganggu-an spektrum autisme. Diet bebas fenol dan salisilat, gula, zat aditif, jamur/fermentasi dianjurkan dengan menggunakan rotasi diet.
j.    Integrasi sensorik.
Integrasi sensorik dilakukan pada anak gangguan spektrum autisme dengan tujuan untuk memperbaiki sistem registrasi dan modulasi dari berbagai input sensorik, memfasili-tasi fungsi regulasi, memfasilitasi proses dari berbagai input sensorik, dan membantu perkembangan praksis dan ketrampil-an untuk memecahkan masalah
F.    Diagnosis
Kriteria diagnostik Standar penurunan memerlukan interaksi sosial, dan repetitif dan stereotip pola perilaku, kegiatan dan kepentingan, tanpa penundaan yang signifikan dalam bahasa atau perkembangan kognitif. Berbeda dengan standar internasional, US kriteria juga memerlukan penurunan yang signifikan sehari-hari berfungsi. Lainnya diagnostik set kriteria telah diajukan oleh Szatmari et al. dan oleh Gillberg dan Gillberg.
Diagnosis paling sering dibuat antara usia empat dan sebelas. Sebuah penilaian yang komprehensif melibatkan tim multidisipliner yang memperhatikan di beberapa pengaturan, dan termasuk penilaian neurologis dan genetik serta tes untuk kognisi, fungsi psikomotorik, verbal dan nonverbal kekuatan dan kelemahan, gaya belajar, dan keterampilan untuk hidup mandiri. yang sekarang "standar emas" dalam mendiagnosis ASDs menggabungkan penilaian klinis dengan Autism Diagnostic Interview-Revised (ADI-R )-sebuah wawancara orangtua semistructured-dan Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS)-percakapan dan bermain-berdasarkan wawancara dengan anak. Tertunda atau salah diagnosis dapat traumatis bagi individu dan keluarga misalnya, misdiagnosis dapat mengakibatkan obat yang memperburuk perilaku. Banyak anak-anak dengan SA pada awalnya misdiagnosed dengan perhatian-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Diagnosing orang dewasa adalah lebih menantang, sebagai kriteria diagnostik standar dirancang untuk anak-anak dan ekspresi SA perubahan dengan usia ; dewasa diagnosis memerlukan pemeriksaan klinis saksama dan menyeluruh sejarah medis yang diperoleh dari kedua individu dan orang lain yang tahu orang, dengan fokus pada perilaku masa kanak-kanak. [58] Kondisi yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial meliputi ASDs lain, yang skizofrenia spektrum, ADHD, obsesif kompulsif, depresi mayor, gangguan semantik pragmatis, nonverbal gangguan belajar, Tourette sindrom, stereotypic gangguan gerakan dan gangguan bipolar.
Underdiagnosis dan overdiagnosis masalah dalam kasus-kasus marjinal. Biaya skrining dan diagnosis dan tantangan untuk memperoleh pembayaran dapat menghambat atau menunda diagnosis. Sebaliknya, peningkatan popularitas terapi obat pilihan dan perluasan manfaat telah mendorong penyedia untuk overdiagnose ASD. Ada indikasi AS telah didiagnosis lebih sering dalam beberapa tahun terakhir, sebagian sebagai diagnosis sisa untuk anak-anak normal intelijen yang tidak telah autis tetapi mempunyai kesulitan sosial. Pada tahun 2006, dilaporkan menjadi tumbuh paling cepat diagnosis psikiatri di Silicon Valley, anak-anak; juga, ada kecenderungan bagi orang dewasa untuk mendiagnosis diri itu. Ada sejumlah pertanyaan tentang yang eksternal validitas dari diagnosis AS. Artinya, tidak jelas apakah ada manfaat praktis dalam membedakan AS dari HFA dan dari PDD-NOS; [60] anak yang sama dapat menerima diagnosa yang berbeda-beda tergantung pada alat skrining. [9] Perdebatan tentang membedakan sebagai dari HFA adalah sebagian karena tautologis dilema di mana gangguan yang didasarkan pada tingkat keparahan gangguan, sehingga penelitian yang muncul untuk mengkonfirmasi didasarkan pada keparahan perbedaan harus diharapkan.
G.    Pendidikan terbaik untuk anak asperger syndrome.
Anak Asperger sering dikaitkan dengan autistic. Tapi anak autis memiliki gangguan interaksi sosial dan komunikasi, juga perilaku dan minat yang sempit. Sedangkan anak asperger sering diebut high fuction autis. Mereka memiliki ciri-ciri autis tapi IQnya tinggi hingga bisa masuk ke sekolah umum. Masalah utamanya adalah kesulitan mereka dalam interaksi sosial, diantara teman-temannya sering dianggap aneh.
Asperger sering tidak disadari oleh orangtuanya hingga anak masuk usia Sekolah Dasar, saat anak harus interaksi dengan temannya. Mereka tidak memiliki masalah bicara seperti anak autis, namun mereka biasa menggunakan bahasa yang kaku atau formal, bukan bahasa sehari-hari. Dari kecil biasanya mereka punya minat yang sangat dalam pada ensiklopedia, kartun jepang, dan sebagainya. Sesudah masuk SD baru dicap aneh karena hanya bisa ngobrol tentang minatnya saja. Aturan sosial sangat pintar, tapi kemampuan sosialnya rendah. Biasanya suka menarik diri, lebih suka sendiri, lebih suka belajar. Dia sebenarnya ingin sekali berteman, tapi karena dia aneh, jadi sering diganggu teman, disuruh apa saja nurut saja.
Pada dasarnya kemampuan yang paling terbatasnya pada anak asperger adalah pada segi sosialisasi. Dia susah membaca situasi sosial. Tidak punya insting sosial, kecerdasan emosinya kurang, empatinya kurang, cara berpikirnya berbeda, emosinya meledak-ledak, dan tingkah lakunya tidak sesuai lingkungan. Sebenarnya karena dia pintar, banyak temannya, tapi biasanya temannya hanya meminta bantuan untuk tanya PR, atau mengerjakan tugas-tugas sekolah
Saat kelihatan dia sulit sosialisasi, orangtua bisa mulai menerangkan tentang aturan-aturan sosial yang sepantasnya, saat sedang berlangsung, misalnya ia menghadiri acara ulangtahun temannya, ia bisa dijelaskan untuk memberi selamat, menyerahkan kado yang dibawanya, dan seterusnya. Selain itu mereka juga bisa diberikan buku social stories, berisi cerpen-cerpen situasi sosial. Bila dibohongi teman tidak langsung berubah karena kurang mengerti.
Untuk membantu anak asperger di sekolah, nomor satu saat anak asperger pada satu sesi dia tidak masuk, guru harus memberi penjelasan pada teman-temannya mengenai kondisi aspergernya. Tugas guru untuk mendorong teman-teman agar dia bisa diterima. Kedua, orangtua bisa menghubungi guru, sehingga guru bisa membantu orangtua mengadaptasi anaknya di sekolah.               
Anak asperger dalam akademik tidak bermasalah, orangtua bisa membantu mereka untuk membuat PR. Bila anak suka, ia akan belajar dengan sendirinya, bila tidak suka pelajarannya atau tidak suka gurunya, orangtua harus bisa memberi pengertian pada anak.

H.    Tips praktis membantu anak baik di rumah maupun di sekolah :
1.  Alat bantu visual seperti penjelasan tertulis di papan tulis, gambar-gambar di buku
2.  Jadwal yang rutin dan konsisten, dengan aturan yang jelas, dia akan merasa nyaman dan lebih optimal. Karena dia sangat suka keteraturan dan agak kaku. Buatkan jadwal harian, saat sekolah maupun hari libur
3. .Bila akan ada perubahan jadwal, beritahukan 1 hari sebelumnya. Karena ketidaktahuannya akan jadwal akan membuat dia bingung dan juga cemas. Disinilah letak kerentanannya.
4. .Anak asperger punya masalah sensori, mereka tidak suka tempat yang terlalu ramai/bising. Ketika mereka merasa stimulasi lingkungan berlebihan, mereka melakukan stimulasi diri dengan bicara sendiri atau menggerak-gerakkan tangan atau kakinya. Itu yang membuat dia sering disebut aneh oleh teman-temannya. Padahal tujuannya adalah agar tidak merasa tertekan. Stimulasi diri ini harus dibatasi. Perlu ada ruangan yang dinamakan Save Place, satu ruangan tenang yang bila stresnya terlalu tinggi, ia bisa masuk ke ruangan itu dan menenangkan diri, atau disediakan komputer di kelas atau ia bisa istirahat keluar kelas (di sekolah alam) agar ia bisa melakukan hal yang disukainya
5. .Biasanya anak asperger punya minat tertentu, karena itu sebaiknya digali minatnya. Dengan kemampuan yang didalaminya, dia bisa dimasukkan ke kelompok minat tersebut. Misalnya klub gambar komik, klub olahraga,
6. .Anak asperger biasanya bagus di sekolah. Di luar sekolah bisa tidak usah di leskan lagi. Kecuali bila ia benar-benar kurang di bidang pelajaran itu.
7.  Ia lebih cenderung diam, walau diikutkan kursus kepribadian. Tidak bisa seperti anak normal. Saat remaja, masalahnya sama seperti anak lain, mengalami perubahan emosional, mudah tersinggung. Motivasi berprestasinya tinggi. Ia bisa dibantu untuk bersosialisasi seperti dianjurkan untuk berpakaian mengikuti mode seperti teman-temannya, agar ia bisa tidak dianggap aneh oleh kawan-kawannya, juga diajari soal musik yang sedang tren, gaya bahasa gaul, dan sebagainya.         
I.    Bagaimana meraih masa depannya ?
Saat ini, ada sedikit fasilitas untuk anak – anak dengan Asperger sindrom. Beberapa anak – anak disekolah khusus dimana kemajuan mereka tergantung pada dukungan dan dorongan orang tua, para guru dan spesialis. Beberapa anak – anak Asperger sindrom pergi kesekolah khusus untuk anak – anak dengan autisma atau kesulitan belajar.
Sebab cacat mereka seringkali lebih sedikit dibandingkan dengan anak Autism, anak dengan Asperger sindrom lebih peka perasaannya. Mereka dapat bersedih, menjadi target mudah untuk dimarahi atau diganggu disekolah.
Ketika mereka beranjak dewasa, mereka mungkin menyadari bahwa mereka berbeda dari orang lain dan merasa terasing dan tertekan. Anak dengan Asperger sindrom seringkali ingin bersosialisasi dan terganggu dengan kenyataan bahwa mereka sulit untuk berteman.
Tetapi masa depan anak dengan Asperger sindrom tidaklah suram. Orang dewasa dengan Asperger sindrom dapat dan pergi memenuhi kebutuhan hidupnya, melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan dan mengembangkan persahabatan.
Ditempat kerja, orang dengan Asperger sindrom dapat menawarkan sebagian besar – waktu, dedikasi dan kemampuannya – meskipun demikian informasi dan pengertian dari pemberi kerja serta rekan kerja sangat dibutuhkan.

J.    Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism?
Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autism di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis
Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal.
Akhir-akhir ini semakin banyak yang berpendapat bahwa Asperger tidak sama dengan Autis, padahal dalam standar diagnosa DSM IV, Asperger adalah merupakan salah satu spektrum Autis.
Selain ada perbedaan di antara keduanya, sebenarnya ada beberapa ciri dari asperger dan autis klasik yang sama, masing-masing punya ciri-ciri dalam hal ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka juga sama-sama menunjukkan beberapa perilaku unik/rutinitas, walaupun dalam degree yang berbeda (varying degree), bisa dari mild, moderate, to severe.
Tidak seperti anak autis yang bisa didiagnosa di bawah umur 2 - 3 tahun, anak asperger baru bisa terdekteksi, biasanya pada saat berumur di antara 6-11 tahun.
Tidak seperti kebanyakan anak autis, anak asperger memang tidak menunjukkan keterlambatan bicara, punya kosa kata yang sangat baik, walaupun agak sulit untuk mengerti bahasa "humor dan ironi". Mereka pun kebanyakan mempunyai intelligence yang cukup baik bahkan di atas rata-rata. Oleh karena itu biasanya secara akademik, biasanya mereka tidak bermasalah, dan mampu mengikuti pelajaran di sekolah umum dengan baik. Sedangkan penyandang autis klasik, sebagian besar terdiagnosa mempunyai IQ dibawah normal bahkan masuk kategori moderate mental retardasi.
Tantangan terbesar bagi penyandang asperger adalah dalam hal bersosialisasi dan berinter-aksi. Pada umumnya, anak asperger suka untuk berteman, walaupun dengan gaya bahasa dan mimik yang formal dan terlihat "aneh". Mereka sulit memulai percakapan dan sulit mengerti makna dari interaksi sosial. Kesulitan anak asperger dalam bersosialisasi dapat/akan membuat mereka menjadi sangat stress di sekolah. Banyak kendala akan ditemukan pada saat anak asperger memasuki masa remaja /akil-balik (SMP/SMU). Untuk menghadapi masalah itu, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli yang profesional (care dan knowledgable) dan melakukan intervensi yang diperlukan se-segera mungkin dengan berterus terang kepada guru (pendidik) dan kepala sekolah dengan melihatkan atau membawa referensi dari ahli tsb. Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah dan teman-teman anak asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka "berbeda" karena anak asperger tidak mudah dikenali seperti halnya anak autis klasik. Hal inilah biasanya yang dapat menjadi pemicu berbagai masalah serius pada anak asperger.
Walaupun sebagian orang menganggap bahwa asperger adalah mild autis (autis ringan), treatment dan intervensi tetap harus dilakukan. Sebagian besar program2 terapi untuk anak asperger biasanya bersifat direct teaching / langsung di dibuat untuk memperbaiki skill yang mereka belum kuasai misalnya di-bidang sosialisasi, mengerjakan/menyelesaikan pekerjaan sekolah dan cara membagi waktu (time management). Anak asperger juga akan sangat terbantu jika banyak dilibatkan dalam kegiatan sosial seperti belajar dalam kelompok kecil (support group), sport club, dimana mereka dapat berlatih, share experience mereka dan saling belajar dari teman mereka. Ada juga satu terapi yang cukup baik untuk anak asperger yaitu terapi RDI (Relationship Development Intervention) didevelop oleh Dr. Steven Gutstein.

K.    Bagaimana membedakan SA dengan autism terutama jenis high functioning autism (m dengan kemampuan verbal dan kognitif yang baik) ?
Autis juga bermasalah dalam hal komunikasi dan sosialisasi serta minat yang terbatas. Beberapa ahli memasukkan SA dalam ASD (Autistic Spectrum Disorder). Ahli lain menyatakan bahwa SA berbeda dengan autis maupun ASD. Akan tetapi hampir semua sepakat bahwa perbedaan utama antara SA dengan autis maupun ASD adalah anak SA memperlihatkan perkembangan bahasa/bicara serta kecerdasan yang normal sesuai usianya, bahkan kemampuan ini kadang melebihi usia. Sehingga anak SA tidak datang dengan keluhan terlambat bicara tetapi dengan keluhan masalah di sekolah karena kurangnya sosialisasi atau dianggap aneh.
L.    Apakah anak kita menunjukkan gejala Asperger Sindrom ?
Kadang sulit untuk dijawab karena sebagian anak masih bersifat egosentris dalam bersosialisasi serta membicarakan hal-hal yang itu-itu saja seperti mainan atau tokoh kartun favoritnya.Tetapi jika hal-hal tersebut sampai mengganggu sosialisasi dengan teman-temannya , menganggu proses belajar serta anak kita dianggap eksentrik maka sebaiknya berkonsultasi dengan para ahli.
M.    Epidemiologi
Berdasarkan sejumlah penelitian populasi, telah diusulkan oleh Gillberg dan Ehlers (1998) bahwa Sindrom Asperger bisa jadi jauh lebih umum daripada berfungsi tinggi autisme. Berdasarkan sejumlah penelitian populasi, telah diusulkan oleh Gillberg dan Ehlers (1998) Bahwa Sindrom Asperger bisa jadi jauh lebih umum berfungsi tinggi daripada autisme. Autisme secara berbeda-beda diperkirakan memiliki tingkat prevalensi di suatu tempat antara 7 dan 16 kasus per 10.000 anak dengan Sindrom Asperger mempengaruhi antara 3 dan 7 dalam setiap 1000 anak-anak. Autisme secara Berbeda-beda diperkirakan memiliki tingkat prevalensi di suatu tempat antara 7 dan 16 kasus per 10,000 anak dengan Sindrom Asperger Mempengaruhi antara 3 dan 7 dalam setiap 1000 anak-anak.
Szatmari et al (1989-cit) tidak menemukan perbedaan yang signifikan (menurut laporan orangtua) antara usia di mana gejala autisme atau Sindrom Asperger pertama kali diidentifikasi, meskipun ada kecenderungan yang jelas sebelumnya di awal autisme. Szatmari et al (1989-cit) tidak Menemukan Perbedaan yang signifikan (menurut laporan Orangtua) antara usia di mana gejala autisme atau Sindrom Asperger pertama kali diidentifikasi, meskipun ada kecenderungan yang jelas sebelumnya di awal autisme.
Berkenaan dengan hasil, tampaknya ada pandangan umum bahwa individu dengan Sindrom Asperger memiliki prognosis yang lebih baik daripada mereka yang berfungsi tinggi autisme. Berkenaan dengan hasil, Tampaknya ada pandangan umum individu Bahwa dengan Sindrom Asperger memiliki prognosis yang lebih baik daripada mereka yang berfungsi tinggi autisme.
Dukungan untuk pandangan ini muncul dari pengamatan prestasi lebih tinggi di antara individu dengan Sindrom Asperger dalam hal bantuan dan kemerdekaan diri dan keterampilan dalam interaksi sosial, dan mereka lebih rendah kebutuhan penyediaan pendidikan spesialis. Dukungan untuk pandangan ini Muncul dari Pengamatan prestasi lebih tinggi di antara individu dengan Sindrom Asperger dalam hal bantuan dan kemerdekaan diri dan Keterampilan dalam Interaksi Sosial, dan mereka lebih rendah Penyediaan kebutuhan pendidikan spesialis.
Namun, sebuah studi - Tonge et al (1999) - menemukan bahwa remaja dan kaum muda dengan Sindrom Asperger yang dilaporkan oleh orang tua sebagai memiliki lebih banyak kesulitan sosial daripada mereka yang berfungsi tinggi autism.Namun, sebuah studi - Tonge et al (1999) - Menemukan Bahwa remaja dan kaum muda dengan Sindrom Asperger yang dilaporkan oleh orang tua Sebagai memiliki kesulitan sosial lebih banyak daripada mereka yang berfungsi tinggi autisme .... mungkin karena kurangnya spesifisitas diagnostik kriteria untuk Sindrom Asperger (meskipun mungkin juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan kesulitan yang berhubungan dengan Sindrom Asperger pada bagian yang signifikan orang lain dan tidak sesuai harapan yang mungkin dapat diterapkan). mungkin karena kurangnya spesifisitas diagnostik kriteria untuk Sindrom Asperger (meskipun mungkin juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan kesulitan yang berhubungan dengan Sindrom Asperger bagian yang signifikan pada orang lain dan tidak sesuai harapan yang mungkin dapat diterapkan).
Sementara itu, ada beberapa bukti untuk ko-morbiditas yang lebih besar dari beberapa kondisi di antara kasus Asperger, terutama kecemasan atau attentional kelemahan, meskipun bukti samar-samar. Sementara itu, ada beberapa bukti untuk ko-morbiditas yang lebih besar dari kondisi Beberapa di antara kasus Asperger, terutama kecemasan atau attentional kelemahan, meskipun bukti samar-samar. Tonge et al (op cit) disebabkan tingkat tinggi perilaku atau gangguan emosional kepada kedua kelompok, tetapi orang tua dari anak-anak muda lebih cenderung atribut kecemasan dan perilaku anti-sosial bagi mereka dengan Sindrom Asperger. Tonge et al (op cit) tingkat tinggi disebabkan gangguan perilaku atau emosional kepada kedua kelompok, tetapi orang tua dari anak-anak muda lebih cenderung atribut kecemasan dan perilaku anti-sosial bagi mereka dengan Sindrom Asperger.
N.    Prognosis
Ada beberapa bukti bahwa sebanyak 20% dari anak-anak dengan AS tumbuh keluar "itu, dan gagal memenuhi kriteria diagnostik sebagai orang dewasa. Pada tahun 2006, belum ada penelitian menyikapi hasil jangka panjang dari individu-individu yang mengidap sindrom yang tersedia dan tidak ada sistematis jangka panjang lanjutan studi anak-anak dengan SA. [8] Individu dengan SA normal tampaknya memiliki harapan hidup tapi mengalami peningkatan prevalensi dari komorbiditas psikiatri kondisi seperti penyakit depresi dan gangguan kecemasan yang dapat secara signifikan mempengaruhi prognosis. Meskipun kerusakan sosial adalah seumur hidup, hasil umumnya lebih positif dibandingkan dengan individu-individu dengan fungsi yang lebih rendah gangguan spektrum autisme; misalnya, gejala ASD lebih cenderung berkurang dengan waktu pada anak-anak dengan AS atau HFA. Meskipun sebagian besar siswa dengan AS / HFA memiliki kemampuan matematis rata-rata dan sedikit lebih buruk dalam tes matematika daripada kecerdasan umum, ada yang berbakat di bidang matematika dan AS tidak mencegah sebagian orang dewasa dari prestasi besar seperti memenangkan Hadiah Nobel.
Anak-anak dengan SA mungkin memerlukan pendidikan khusus layanan karena mereka perilaku sosial dan kesulitan meskipun banyak menghadiri kelas-kelas pendidikan reguler. Remaja dengan SA mungkin menunjukkan kesulitan yang berkelanjutan dengan perawatan diri, organisasi dan gangguan dalam hubungan sosial dan romantis; terlepas dari tingginya potensi kognitif, sebagian besar orang dewasa muda dengan AS tetap di rumah, meskipun ada yang menikah dan bekerja secara mandiri. pengalaman remaja dapat menjadi traumatis. Kegelisahan mungkin berasal dari keasyikan atas kemungkinan pelanggaran dari rutinitas dan ritual, dari yang ditempatkan dalam suatu situasi tanpa jadwal yang jelas atau harapan, atau dari kekhawatiran dengan gagal dalam pertemuan sosial; yang dihasilkan stres dapat bermanifestasi sebagai ketiadaan perhatian, penarikan diri, ketergantungan pada obsesi, hiperaktif, atau perilaku yang agresif atau oposisi. Depresi adalah sering merupakan akibat dari frustrasi kronis dari kegagalan berulang-ulang untuk melibatkan orang lain secara sosial, dan gangguan suasana hati yang memerlukan perawatan dapat berkembang. Pengalaman klinis menunjukkan tingkat bunuh diri mungkin lebih tinggi di antara mereka dengan AS, tetapi hal ini belum dikonfirmasi oleh penelitian empiris sistematis .
Pendidikan keluarga sangat penting dalam mengembangkan strategi untuk memahami kekuatan dan kelemahan; membantu keluarga untuk mengatasi meningkatkan hasil pada anak-anak. Prognosis dapat ditingkatkan dengan diagnosis pada usia yang lebih muda yang memungkinkan untuk intervensi awal, sementara intervensi di masa dewasa sangat berharga tapi kurang menguntungkan. Terdapat implikasi hukum bagi individu-individu dengan AS ketika mereka menanggung risiko eksploitasi oleh orang lain dan mungkin tidak dapat memahami implikasi sosial dari tindakan mereka.
O.    Prevalensi Sindrom Asperger
Menurut Volkmar, prevalensi gangguan Asperger adalah 1 di antara 10. Kepustakaan lain menyebutkan 20-25 setiap 10.000 orang anak. Angka kejadian gangguan Asperger dengan kriteria diagnosis Gillberg & Gillberg (1989).

P.    History Sejarah
Dinamai menurut dokter anak Austria, Hans Asperger (1906-1980), Sindrom Asperger adalah diagnosis yang relatif baru di bidang autisme. Sebagai seorang anak, Asperger tampaknya telah menunjukkan beberapa fitur yang sangat kondisi dinamai menurut namanya, seperti keterpencilan dan bakat dalam bahasa; foto yang diambil selama karya yang menunjukkan bahwa dia punya wajah serius dengan tatapan mata yang intens. Pada tahun 1944, empat anak Asperger dijelaskan dalam praktiknya yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan diri secara social. Anak-anak tidak memiliki keterampilan komunikasi nonverbal, gagal untuk menunjukkan empati dengan teman-teman mereka, dan secara fisik kikuk. Asperger disebut kondisi "autistik psikopati" dan menggambarkannya sebagai terutama ditandai oleh isolasi sosial. Tidak seperti saat ini SA, psikopati autistik dapat ditemukan pada orang-orang dari semua tingkat intelijen, termasuk mereka yang memiliki keterbelakangan mental. Dalam konteks dari eugenika Nazi kebijakan sterilisasi dan membunuh deviants sosial dan cacat mental, Asperger bergairah membela nilai individu autistik, menulis "Kami yakin, kemudian, bahwa orang-orang autistik mempunyai tempat dalam organisme komunitas sosial. Mereka memenuhi peran dengan baik, mungkin lebih baik daripada orang lain bisa, dan kita bicara tentang orang-orang yang sebagai anak-anak memiliki kesulitan terbesar dan menyebabkan kekhawatiran tak terhingga kepada pengasuh mereka. Asperger juga menyebut pasien muda" profesor kecil ", dan percaya bahwa sebagian orang akan mampu berprestasi luar biasa dan pemikiran orisinal di kemudian hari. kabar ini diterbitkan-Nya selama masa perang dan di Jerman, sehingga tidak banyak dibaca di tempat lain.
Menurut Barbara L. Kirby yang merupakan Pendiri situs Web OASIS (www.aspergersyndrome.org) dan Co-penulis GUIDE TO THE OASIS, Sindrom Asperger (Crown, 2001, Revisi 2005), Sindrom Asperger atau (Asperger's Disorder) adalah gangguan neurobiologis Wina bernama untuk dokter, Hans Asperger, yang pada 1944 menerbitkan makalah yang menggambarkan pola perilaku di beberapa anak-anak muda yang normal kecerdasan dan perkembangan bahasa, tetapi yang juga dipamerkan autistik - seperti perilaku dan ditandai kekurangan dalam keterampilan sosial dan komunikasi. Meskipun penerbitan makalahnya di tahun 1940-an, hal itu tidak sampai tahun 1994 bahwa Sindrom Asperger ditambahkan pada DSM IV dan hanya dalam beberapa tahun terakhir telah sebagaimana telah diakui oleh para profesional dan orang tua.
Individu dengan SA dapat memperlihatkan berbagai karakteristik dan gangguan dapat berkisar dari ringan sampai parah. Orang dengan SA ditandai menunjukkan kekurangan dalam keterampilan sosial, mengalami kesulitan dengan transisi atau perubahan dan lebih suka kesamaan. Mereka sering memiliki obsesif rutinitas dan mungkin sibuk dengan kepentingan subjek tertentu. Mereka memiliki banyak kesulitan membaca isyarat-isyarat nonverbal (bahasa tubuh) dan sangat sering individu SA mengalami kesulitan menentukan ruang tubuh yang tepat. Sering terlalu sensitif terhadap suara, rasa, bau, dan pemandangan, orang dengan SA mungkin lebih menyukai pakaian lembut, makanan tertentu, dan terganggu oleh suara atau lampu tampaknya tak ada orang lain mendengar atau melihat. Sangat penting untuk diingat bahwa orang dengan SA mempersepsi dunia sangat berbeda. Oleh karena itu, banyak perilaku yang aneh atau tidak biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurologis dan bukan hasil dari kekasaran disengaja atau perilaku buruk, dan hampir pasti bukan hasil dari "orangtua tidak benar".
Lorna Wing mempopulerkan istilah Sindrom Asperger dalam berbahasa Inggris masyarakat medis di publikasi 1981 dari serangkaian studi kasus anak-anak menunjukkan gejala yang sama, dan Uta Frith Asperger kertas diterjemahkan ke Bahasa Inggris pada tahun 1991. menetapkan kriteria diagnostik yang digariskan oleh Gillberg dan Gillberg pada tahun 1989 dan oleh Szatmari et al. pada tahun yang sama. AS menjadi diagnosis standar pada tahun 1992, ketika itu dimasukkan dalam edisi kesepuluh World Health Organization 's diagnostik manual, International Classification of Diseases (ICD-10); pada tahun 1994, sudah ditambahkan ke edisi keempat American Psychiatric Association 's diagnostik referensi, Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-IV).
Ratusan buku, artikel dan website sekarang menggambarkan AS, dan perkiraan prevalensi telah meningkat secara dramatis untuk ASD, dengan SA diakui sebagai suatu subkelompok penting. Entah itu harus dilihat sebagai berbeda dari autisme berfungsi tinggi merupakan masalah mendasar yang memerlukan studi lebih lanjut , dan ada pertanyaan tentang validasi empiris dari DSM-IV dan ICD-10 kriteria.
Q.    Budaya
Orang dengan Sindrom Asperger dapat merujuk kepada diri mereka sendiri dalam percakapan santai aspies, diciptakan oleh Liane Holliday Willey pada tahun 1999. Kata neurotypical (disingkat NT) seseorang yang menggambarkan perkembangan neurologis dan negara yang khas, dan sering digunakan untuk merujuk kepada non-autistik orang. The Internet telah memungkinkan individu dengan AS untuk berkomunikasi dan merayakan dengan satu sama lain dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin karena kelangkaan mereka dan penyebaran geografis. Situs internet seperti Wrong Planet telah membuat lebih mudah bagi individu untuk berhubungan.
Autistik orang telah menganjurkan pergeseran persepsi gangguan spektrum autisme sebagai kompleks sindrom bukan penyakit yang harus disembuhkan. Para pendukung pandangan ini menolak gagasan bahwa ada suatu "ideal" konfigurasi otak dan bahwa setiap penyimpangan dari norma patologis; mereka mempromosikan toleransi untuk apa yang mereka sebut neurodiversity. Pandangan-pandangan ini merupakan dasar untuk hak-hak autistik dan kebanggaan autistik gerakan. Ada kontras antara sikap orang dewasa dengan identifikasi-diri AS, yang biasanya tidak ingin sembuh dan bangga dengan identitas mereka, dan orangtua anak-anak dengan SA, yang biasanya mencari bantuan dan obat untuk anak-anak mereka.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa AS dapat dilihat sebagai gaya kognitif yang berbeda, bukan suatu kelainan atau cacat, dan yang harus dihapus dari standar Diagnostik dan Statistik Manual, seperti homoseksualitas telah dihapus. Dalam sebuah 2002 kertas, Simon Baron-Cohen menulis tentang orang-orang dengan SA, "Dalam dunia sosial tidak ada manfaat besar bagi mata yang tepat untuk detail, tetapi dalam dunia matematika, komputasi, katalog, musik, linguistik, teknik, dan ilmu pengetahuan, seperti mata untuk detail dapat mengakibatkan keberhasilan daripada kegagalan. " Baron-Cohen dikutip dua alasan mengapa hal itu masih harus berguna untuk mempertimbangkan AS untuk menjadi cacat: untuk memastikan ketentuan hukum yang dibutuhkan untuk bantuan khusus, dan untuk mengenali kesulitan-kesulitan emosional dari pengurangan empati. Telah dikemukakan bahwa gen untuk Asperger kemampuan kombinasi baru-baru ini telah beroperasi di seluruh evolusi manusia dan telah membuat kontribusi luar biasa sejarah manusia.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Ciri-ciri dari sindrom Asperger salah satunya kecenderungan pada suatu kegiatan yang diulang-ulang, rutin, dan seolah-olah menjadi semacam ritual yang hampir sama seperti ciri autisme. Ciri yang lain adalah penggunaan bahasa yang aneh, terlalu baku, monoton, atau meniru gaya bicara seorang tokoh. Penyandang sindrom ini juga memiliki kesulitan dalam penggunaan ekspresi non-verbal dan penggunaan majas, bahasa slang, juga lelucon yang artinya tidak sama dengan arti harafiahnya. Mereka hanya mengerti dan hanya menggunakan sedikit bentuk ekspresi wajah ataupun tubuh. Mereka juga mengalami kesulitan dalam bergerak atau dalam melakukan hal-hal yang memerlukan aspek motorik seperti mengendarai sepeda. Mereka sangat sensitif dan mungkin tidak menyukai sentuhan, suara keras, dan perubahan.
Potensi penyandang sindrom Asperger terletak pada kemampuan mereka dalam melakukan hal-hal yang butuh ketekunan tinggi dan jarang disukai oleh orang biasa. Kecenderungan mereka pada rutinitas, kekuatan memori yang sangat baik dan sensitifitas mereka membuat mereka mampu melakukan perhitungan panjang, memeriksa kesalahan tulisan dengan teliti, bahkan membuat program komputer dengan hasil yang luar biasa. Mereka juga terbiasa melakukan segala sesuatu dengan pertimbangan yang logis. Kesulitan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain juga dapat diatasi. Mereka akan berkomunikasi lebih baik jika melalui tulisan karena mereka biasanya hanya memikirkan kata-kata dan kalimat yang maksudnya sesuai dengan isinya.
Penyebab dari sindrom Asperger sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Sindrom ini cenderung menurun pada keluarga namun para ilmuwan belum dapat menemukan pola genetik dari sindrom ini. Pada autisme, virus diduga kuat menjadi salah satu penyebabnya termasuk virus yang telah dilemahkan dalam suntikan imunisasi cacar. Namun hal ini juga belum memiliki bukti ilmiah yang kuat.
Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Beliau menemukan beberapa orang anak pada penelitiannya yang memiliki kecerdasan normal namun kesulitan dalam hubungan sosial. Mereka juga parah dalam menggunakan dan merespon ekspresi non-verbal. Dalam kelompok bermain, mereka gagal menunjukan empati dan motoriknya juga kurang berkoordinasi dengan baik. Pada saat itu, Asperger menamainya “Autistic Psychopatology” dan menjelaskannya sebagai penyimpangan kepribadian yang dilihat dari isolasi sosialnya.
Penelitian Asperger yang diterbitkan di Jerman ini tidak begitu populer hingga pada tahun 1981 seorang peneliti dari Inggris yang bernama Lorna Wing menerbitkan sebuah studi lanjutan terhadap studi Asperger sebelumnya dan kemudian menamai gejala-gejala seperti itu dengan nama yang sampai saat ini digunakan yaitu “Asperger Sydrome”. Tulisan Wing ini menjadi terkenal dan pada tahun 1994 sindrom Asperger makin menjadi gangguan yang dapat didiagnosis sehingga tulisannya dijadikan patokan dari WHO (World Health Organization).
Program-program yang dapat disusun untuk menanggulangi masalah pada sindrom Asperger adalah progam pelatihan keterampilan sosial yang dilaksanakan dengan guru, terapi perilaku kognitif untuk mengontrol emosi mereka, terapi bahasa atau latihan bicara, juga pengobatan untuk depresi dan rasa cemas berlebihan yang terkadang muncul tiba-tiba. Terapi motorik juga diperlukan untuk anak dengan koordinasi motoriknya lemah. Pelatihan untuk orang tua juga sangat diperlukan agar orang tua mampu memberi dukungan yang tepat di rumah untuk anaknya.
Ketika anak-anak dengan sindrom Asperger mulai beranjak dewasa, biasanya kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri akan menjadi semakin baik dengan terapi yang efektif. Terkadang kesulitan untuk berinteraksi masih ada, namun mereka setidaknya dapat mengatasinya sementara. Banyak orang dewasa dengan sindrom Asperger yang bekerja di bidang-bidang umum dan sukses. Mereka sangat memerlukan dukungan terus-menerus hingga akhirnya mereka dapat mencapai hidup yang mandiri.
Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk sindrom Asperger ini. Di satu sisi mereka yang menyandang sidrom Asperger memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, namun di sisi lain mereka memilki kemampuan yang dapat melampaui orang-orang biasa dalam hal matematika dan komputer. Dengan perlakuan yang tepat dan pelatihan yang baik, para penyandang sindrom Asperger memiliki kesempatan besar untuk berubah atau setidaknya mampu menyesuaikan diri di masyarakat dan berhasil dalam karir ketika mereka dewasa. Bagaimana pun juga para penyandang sindrom Asperger memiliki potensi yang luar biasa dan keberhasilan mereka sangat dipengaruhi oleh dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk memaksimalkan potensi tersebut.

B. SARAN
Kalau kita menemui seorang rekan yang mempunyai cirri-ciri sindrom Asperger, ada sedikit saran bagaimana membantu mereka.Perlihatkanlah minat kepada penyandang sindrom Asperger,dan berupayalah mengenal mereka. Meskipun mereka mungkin merasa sulit memulai percakapan, maklumilah dan jangan lupakan bahwa mereka sebenarnya juga menginginkan dan membutuhkan teman. Mereka bukannya sengaja bersikap buruk atau aneh.Bersabarlah,dan berupayalah memahami problem mereka. Selain itu,ketahuilah bahwa Anda perlu menjelaskan segala sesuatu dengan persis dan tidak samara-samar.karena mereka bisa jadi mengartikan secara harfiah apa yg Anda katakan. Jika serangkaian rutin perlu dirubah,jelaskan secara terperinci,mungkin malah dengan mendemonstrasikan tindakan yg diharapkan dari mereka. Jika Anda mendapati bahwa mereka terlalu mencemaskan sesuatu yg mereka lihat atau dengar yang telah membuat mereka tertekan,anjurkan mereka untuk berfokus pada sebuah gambar yang indah atau mendengarkan musik yg menenangkan.



DAFTAR PUSTAKA

1.    American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report : The Pediatrician's Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in Children. Pediatrics !107 : 5, May 2001)
2.    Anderson S, Romanczyk R: Early intervention for young children with autism: A continuum-based behavioral models. JASH 1999; 24: 162-173.
3.    APA: Diagnostic and statistic manual of mental disorders. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 1994.
4.    Bettelheim B: The Empty Fortress: Infantile Autism and the Birth of the Self. New York, NY: Free Press; 1977.
5.    Brett EM: Paediatric Neurology. 2nd ed. London: Churchill Livingstone; 1991.
6.    British Medical Journal: Childhood autism and related conditions. Br Med J 1980 Sep 20; 281(6243): 761-2.
7.    Buka SL, Tsuang MT, Lipsitt LP: Pregnancy/delivery complications and psychiatric diagnosis. A prospective study. Arch Gen Psychiatry 1993 Feb; 50(2): 151-6.
8.    Burd L, Kerbeshian J: Psychogenic and neurodevelopmental factors in autism. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 1988 Mar; 27(2): 252-3.
9.    Burd L, Severud R, Kerbeshian J, Klug MG: Prenatal and perinatal risk factors for autism. J Perinat Med 1999; 27(6): 441-50.
10.    Cohen DJ, Volkmar FR: Handbood of Autism and Pervasive Developmental Disorders. NY: Wiley; 1996.
11.    Horvath K, Papadimitriou JC, Rabsztyn A, et al: Gastrointestinal abnormalities in children with autistic disorder. J Pediatr 1999 Nov; 135(5): 559-63.
12.    Hoshino Y, Yashima Y, Tachibana R, et al: Sex chromosome abnormalities in autistic children--long Y chromosome. Fukushima J Med Sci 1979; 26(1-2): 31-42.
13.    Hutt SJ, Hutt C, Lee D, Dunstead C: A behavioural and electroencephalographic study of autistic children. J Psychiatr Res 1965 Oct; 3(3): 181-97.
14.    Johnson MH, Siddons F, Frith U, Morton J: Can autism be predicted on the basis of infant screening tests? Dev Med Child Neurol 1992 Apr; 34(4): 316-20.
15.    Lainhart JE, Piven J: Diagnosis, treatment, and neurobiology of autism in children. Curr Opin Pediatr 1995 Aug; 7(4): 392-400.
16.    Lamb JA, Moore J, Bailey A: Autism: recent molecular genetic advances. Hum Mol Genet 2000 Apr 12; 9(6): 861-8.
17.    Lovaas I: The Autistic Child: Language Development through Behavior Modification. NY: Irvington Press; 1977.
18.    Lovaas OI, Koegel RL, Schreibman L: Stimulus overselectivity in autism: a review of research. Psychol Bull 1979 Nov; 86(6): 1236-54.
19.    Martineau J, Barthelemy C, Garreau B, Lelord G: Vitamin B6, magnesium, and combined B6-Mg: therapeutic effects in childhood autism. Biol Psychiatry 1985 May; 20(5): 467-78.
20.    Poustka F, Lisch S, Ruhl D, et al: The standardized diagnosis of autism, Autism Diagnostic Interview- Revised: interrater reliability of the German form of the interview. Psychopathology 1996; 29(3): 145-53.
21.    Prior MR, Tress B, Hoffman WL, Boldt D: Computed tomographic study of children with classic autism. Arch Neurol 1984 May; 41(5): 482-4.
22.    Singer HS: Pediatric movement disorders: new developments. Mov Disord 1998; 13 (Suppl 2): 17.
23.    Skjeldal OH, Sponheim E, Ganes T, et al: Childhood autism: the need for physical investigations. Brain Dev 1998 Jun; 20(4): 227-33.
24.    Stern JS, Robertson MM: Tics associated with autistic and pervasive developmental disorders. Neurol Clin 1997 May; 15(2): 345-55.
25.    Taylor B, Miller E, Farrington CP, et al: Autism and measles, mumps, and rubella vaccine: no epidemiological evidence for a causal association. Lancet 1999 Jun 12; 353(9169): 2026-9.
26.    Teitelbaum P, Teitelbaum O, Nye J, et al: Movement analysis in infancy may be useful for early diagnosis of autism. Proc Natl Acad Sci U S A 1998 Nov 10; 95(23): 13982-7.
27.    Volkmar FR: DSM-IV in progress. Autism and the pervasive developmental disorders. Hosp Community Psychiatry 1991 Jan; 42(1): 33-5.
28.    Volkmar FR, Cicchetti DV, Dykens E, et al: An evaluation of the Autism Behavior Checklist. J Autism Dev Disord 1988 Mar; 18(1): 81-97.
29.    Volkmar FR, Cohen DJ: Neurobiologic aspects of autism. N Engl J Med 1988 May 26; 318(21): 1390-2.
30.    Vostanis P, Smith B, Chung MC, Corbett J: Early detection of childhood autism: a review of screening instruments and rating scales. Child Care Health Dev 1994 May-Jun; 20(3): 165-77.
























1 komentar:

Cara Berkomentar untuk yang tidak memiliki blog:
1. Klik selec profile --> pilih Name/URL
2. Isi nama kamu dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat fb kamu
3. Klik Lanjutkan
4. Ketik komentar kamu dan publish
Terima Kasih!

Ikuti Kami di Sosial Media

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Yahoo RSS Feed

Terpopuler

.comment-content a {display: none;}