Cerpen
June
dan August
Rabu 5 Desember 2012
hari itu menjadi hari bersejarah buat Juni, karena hari itu dia berulang tahun.
Juni masih heran dan tidak mengerti kenapa dia lahir di bulan Desember,
jelas-jelas namanya Juni, itu pertanyaan Juni seumur hidup yang masih belum
mendapatkan jawabannya sampai saat ini. Setiap ia menanyakan hal ini kepada
orang tuanya, mereka selalu menjawab
“Jangan terlalu
dipikirkan Juni, Mama hanya suka saja nama itu” terang Mama
“ Nanti juga kamu akan
tau sendiri Juni” jelas Papa
Jadi sudahlah percuma saja Juni
menanyakan hal ini, toh tak ada jawabannya. Apalah arti sebuah nama pikir Juni.
Hari
ini Juni tepat berusia 17 tahun, saat ini ia duduk di kelas 3 SMA. Juni dikenal
sebagai perempuan yang biasa-biasa saja, dia tidak senang bejalan-jalan,
merumpi di kantin atau nge-mall sehabis pulang sekolah seperti perempuan
laiannya. Ia pun tidak terlalu menonjol di kelas. Juni lebih memilih untuk
menghibur dirinya di keheningan perpustakaan dan membaca buku. Karena itu ia
tidak terlalu banyak memiliki teman, hari gini siapa yang mau berteman dengan
orang yang hobi baca buku. Membosankan. Buku favorit Juni adalah buku-buku
Biografi, buku-buku biografi itu menginspirasi bukan motivasi berapi-api yang
super, dan belum tentu terjadi. Hobinya yang baca buku biografi ini menunjukkan
bahwa Juni adalah seorang kepoers sejati hehe.
Jam
menunjukan pukul 08.00 tanda pelajaran di mulai, namun kali ini ada yang
berbeda, kelas Juni kedatangan murid baru.
“Ayo silakan masuk,
perkenalkan diri kamu” Ibu Marwah wali kelas 3 IPA4 itu menuntun murid baru itu
masuk.
Semua pasang mata
murid di kelas itu tertuju ke arah pintu, tak ada sepasang matapun yang
berpaling. Perlahan langkah demi langkah mulai maju, masuk menembus bayang
cahaya matahari pagi yang memantul dari jendela. Pasang-pasang mata itu enggan
berkedip, semakin penasaran ingin mengetahui
sosok murid baru itu, tak terkecuali Juni.
Seorang laki-laki.
Kepalanya tak ditumbuhi sehelai rambutpun, pelontos. Kepala itu masih tertunduk
menenggelamkan pandangannya ke lantai,
“Ayo silakan
perkenalkan diri kamu” Suara bu Marwah memecah keheningan di kelas itu.
Semua murid dibuat penasaran,
menunggu suara yang akan keluar dari mulut si laki-laki pelontos itu. Juni pun
ikut penasaran, penyakit keponya semakin menjadi. Semua murid sudah tak sabar
melihat wajah yang sejak tadi ia sembunyikan. Perlahan kepala itu mulai
terangkat memberanikan diri melepas pandangannya ke depan. Semua murid di kelas
itu memperhatikan laki-laki berkepala botak, tinggi sekitar 176cm, dan berkulit
putih sedikit agak pucat, matanya lebam agak hitam.
“Selamat pagi
teman-teman nama saya August, kalo terlalu ribet boleh panggil saya Agus, saya
pindahan dari SMA11. Alasan sya pindah ke sekolah ini karena ikut Papa yang
ditugaskan di daerah ini, saya suka bola klub favorit saya AC Milan, saya
seorang Milanisti. Saya mau berteman dengan siapa saja kecuali dengan fans
intermilan, Hobi saya travelling, sekian salam kenal.”
Semua murid di kelas melongo mendengar
penjelasn si August botak itu, mereka tidak menyangka bahwa laki-laki yang
terlihat pemalu dan pendiam itu, ternyata bicaranya satu tarikan nafas tanpa
jeda.
“Silakan kalau mau bertanya” sambung Ibu
Marwah
“Dikelas ini sudah ada yang mempuanyai
nama bulan. Juni, sekarang ada lagi namanya August" jelas ibu Marwah
sambil menunjuk ke arah Juni,
“Tinggal nama July belum ada nih hehe”
“July mungkin nama anak dari August dan
Juni nanti bu” Jawab August dengan santai dan dingin.
Juni langsung kaget, ia tidak menyangka
August akan menjawab pertanyaan ibu Marwah seperti itu, Seisi kelas mulai
tertawa dengan jawaban August, ternyata laki-laki se cool itu punya selera
humor juga.
"Kamu pasti lahir bulan agustus
kan?" Tanya Dina
"Bukan"
DEG jantung Juni kembali di kagetkan
oleh jawaban August
"Saya lahir bulan Desember"
DEG Juni semakin sakit menahan
kekagetannya yang bertubi-tubi, rasa penasaran Juni semakin mencuat ke permukaan,
mengulum ribuan pertanyaan yang tak terbendung. Kali ini ia tidak bisa cuek
dengan si murid baru yang bernama August ini, bagaimanapun ia harus cari tau tentang
August.
"Waahh bener ya jodoh tuh sama si
Juni hahaha" seisi kelas kembali tertawa.
"Oke sudah-sudah anak-anak. Silakan
August kamu duduk, mudah-mudahan kamu betah ya di kelas ini " Ibu marwah
mempersilakan August duduk di kursi yang masih kosong di pojok belakang.
August hanya menjawabnya dengan anggukan
kepala. Saat August berjalan k tempat duduknya ia melewati kursi Juni dan
sesaat mata mereka bertemu. Sepanjang jam pelajaran Juni merasa tidak tenang, pikirannya
terus dihantui rasa penasaran dan kepo yang mendalam. Sesekali Juni menoleh ke
belakang ke arah kursi August dan selalu mendapati pandangan August yang tajam
dan penuh tanda tanya. Juni bertekad sepulang skolah ia akan mengajak August
bicara dan menanyakan beberapa hal padanya. Pokonya harus. Juni merasa
termotivasi untuk mencari tau tentang August, mungkin ia akan membuatkan Biografi
juga kali ya, Juni merasa orang ini menarik dan misterius, ia suka itu.
Tiba-tiba secarik kertas mendarat di
meja Juni, Juni menoleh ke belakang, August menganggukan kepala botaknya
isyarat agar Juni membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Perlahan Juni
membuka lipatan demi lipatan, dan Juni sempat melongo melihat tulisan pada
kertas itu.
"Memang kadang kalimat spontan dari
kepolosan sederhana lebih mampu menguatkanmu dari kalimat lantang dari motivasi
yang berapi-api"
Juni mengerutkan dahinya, apa maksudnya
dia menulis seperti ini? Tapi Juni merasa ada ikatan kuat dengan kalimat itu.
Jjuni memutar otaknya mencoba mengingat dan mencari jawaban
"Maksudnya ap nih" lirihnya dalam hati.
Juni memperlihatkan wajah cuek dan tak
peduli, sangat berlawanan dengan isi hatinya. Sepulang sekolah tekad Juni yang
menggebu untuk mengenal August lebih jauh mulai padam, ia merasa belum waktunya
untuk bertanya. Dengan berat hati ia telan kembali rasa penasarannya, ia lebih
memilih merefreshkan otaknya dengan membaca di perpustakan seperti biasanya.
Tanpa diduga August mengikuti Juni dari
belakang. Juni mengambil beberapa buku kmudian ia duduk di meja favoritnya
dekat jendela. August memperhatikan Juni dr luar, tepat di samping jendela. August
menulis di secarik kertas kali ini kertas yang lebih besar. August menempelkan
kertas sebesar A4 itu di kaca jendela.
PLAK, Juni yang sedang asik membaca
kaget mlihat tulisan di jendela
"SELAMAT
ULANG TAHUN"
Wajah August tertutup kertas yang ia
tempelkan. Juni berdiri berusha melihat siapa yang berani menganggunya yang
sedang membaca. August menurunkan tangannya dari kaca. Bertambahlah kekagetan
Juni ketika melihat kepala pelontos
"August!" Bentak juni.
August hanya tersenyum dan melambaikan
tanganya. Juni berlari ke luar perpustakaan, kali ini ia tak bisa menahan diri
LAGI. Ia menghampiri August
"Kenpa sih kamu membuat aku kaget
terus dr tadi?"Celoteh Juni.
"Dari tadi?" August
mengerenyitkan dahinya
"Mmm eh maksudnya tadi waktu di
jendela"
“Kmu hari ini ulang tahun kan? aku hnya
ingin memberi kejutan itu saja" jawab August dengan santai.
"Kok kamu tahu? kamu kan anak baru?
Teman-teman di kelas saja sudah lupa”
"Lha aku juga teman sekelasmu kan?"
"Iya sih, mmm kamu ini ditektif
ya?" Juni semakin bingung.
"Hahahaha memangnya kepalaku ini
mirip kaca pembesarnya Sherlock Holmes ya ?" August menunjuk kepala
botaknya.
"Bukan, kok tau hari ini aku ulang tahun,
orang yang baru mengenalku biasanya menyangka aku lahir di bulan Juni, karena
namaku Juni" jelas Juni
"Soalnya kita sama" August menatap
mata Juni "Orang-orang mengira pasti
aku lahir bulan Agustus, nyatanya aku juga lahir bulan desember, hari ini"
Kekagetan Juni kini sudah di level expert
"Hari ini?" Juni bertanya tak
percaya.
"Iya, kita rayakan saja yuk
bagaimana?" ajak August.
"Kita berdua maksudnya??"
"Iya, memangnya kenapa? kita kan
sudah bisa bikin KTP, udh boleh keluar berdua dengan lawan jenis hehe"
Juni hanya terdiam keheranan, karena rasa
penasarannya ia mau saja diajak August pergi. August membawa Juni naik
taxi ke suatu tempat yang belum pernah
Juni kunjungi sblumnya
"Kita mau kemana gus? Jangan
jauh-jauh lho ya” Juni mulai panik takut diculik.
"Tenang, Juni ga jauh kok, Sejauh-jauhnya
jarak yang ada di dunia, jarak yang paling jauh itu adalah masa lalu"
"Kenapa?" Tanya Juni
"Karena ia tak akan pernah
kembali" August menurunkan nada suaranya dan memalingkan wajahnya ke arah
jendela.
Juni kembali terkaget hampir 45 menit perjalanan
menuju tempat tujuan. Juni memilih diam, karena takut jantungnya copot dengan jawaban-jawaban
August yang menyesakan dada penuh tanda Tanya. Hingga akhirnya mereka sampai di
suatu tempat, Rumah Sakit anak khusus para penderita Kanker.
"Kenapa kita kesini gus?"
"Kita cari tau jawbanya di dalam
ya"
Mereka berdua berjalan menelusuri lorong
demi lorong. Juni meremas tali tas selendangnya menyalurkan rasa penasaran yang
ia pendam sedari tadi. Sementara August berjalan dengan langkah mantap.
"Tahan dulu penasarannya, sebentar
lagi sampai" Juni hanya menatap August tanpa bertanya lagi.
Di dalam ruangan itu ada empat orang
sedang berkumpul dengan wajah dipenuhi rasa cemas. Dua orang laki-laki dan dua perempuan.
Salah satu dari mereka memakai baju serba putih seprti Dokter. Perempuan yang
memakai kerudung itu nampak meremas tissue yang setengah basah di tangannya.
Sedangkan laki-laki disebelahnya merangkul pundak perempuan berkerudung kemudia
mendekapnya. Satu perempuan lagi dengan topi khas suster nampak sedang membereskan
berkas-berkas yang akan ditandatangani.
Kini keempat pasang mata itu tertuju
pada August
"Akhirnya kamu datang juga nak,
mama sudah khawatir"
"Tenang Ma aku masih hidup
kok" Jawab August.
Juni tidak berani melangkah masuk
"Mana anak itu?" Tanya Mama.
"Sebentar, Juni sini masuk" ajak
August
Dengan perasaan takut Junipun melangkah
perlahan masuk ke ruangan dokter itu
"Sini nak" ajak Mama August
"Juni, ini Papa Mamaku, dan ini
dokter yang akan mengoprasiku" terang August.
"Operasi?" Juni semakin
bingung kepalanya mau pecah.
"Iya hari ini aku akan menjalani operasi
terkhirku"
"AUGUST!!" bentak Papa
"Iya terkahir kan Pa, setelah ini
sembuh dan sehat selamanya hehe" papa hanya terdiam.
Jangan ditanya lagi deh Juni pasti
bingung setengah mampus, ia bingung apa hubungannya dengan semua ini, kenapa
harus Juni yang terlibat, ia terus berfikir.
"Juni"
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil dari
belakang.
"Mama"
"Kamu sudah disini ternyata"
mama Juni pun dtang dan masuk ke ruangan dokter.
"Tolong jelaskan semua ini, ada apa
aku bingung" Juni mulai gusar.
"Jadi kamu tidak ingat Juni?"
Tanya August
"Mungkin rasa shock waktu itu
menghilangkan short term memory pada Juni, jadi maklumi saja" jelas dokter.
"Dulu waktu usia kamu empat tahun
kamu sering main kesini, menemani August" jelas mama Juni.
"Iya Jun aku ini penderita Leukimia, berkat
kamu aku masih bisa menikmati hidup sampai usia ku hari ini 17 tahun, kamu
pernah membagi bagian tubuhmu untukku Juni. Aku tidak akan melupakan itu"
jelas August.
"Kalian memang sama sekali tidak ada
hubungan darah, saya awalnya heran kenapa ada kecocokan diantara kalian, kasus ini
sangat langka" jelas dokter.
"Mungkin Tuhan dulu membuat Juni dari
tulang rusukku dok, jadi tidak heran kalau kita cocok meskipun tidak ada ikatan
darah" wajah Juni langsung memerah.
"Dulu Papa August dan Mama itu
'teman baik'. Mama tak sengaja bertemu di apotik, ia menceritakan semua tentang
August" terang mama Juni.
"Mama kemudian sering mengajak Juni
main ke sini untuk menemani August, sampai suatu hari Juni berniat untuk mendonorkan
organnya untuk kesembuhan August, agar kalian bisa terus bermain bersama, sampai
dokter akhirnya memeriksakan Juni, dan ternyata hasilnya cocok, operasi
pendonoranpun dilakukan"
“ Namun saat itu karena usiamu masih
kecil, setelah operasi kamu mengalami shok Juni, jadi kamu mungkin kehilangan
sebagian memory kamu" jelas dokter.
"Setiap aku menjalani operasi, aku
sangat takut kehilangan memoriku Juni, aku berusha untuk itu, aku tidak mau
melupakanmu" jelas August.
"Lalu sekarang kenapa harus operasi
lagi? bukannya sudah sembuh?" Juni semakin sentimentil.
"Iya, leukimiaku memang sudah sembuh
Juni tapi……”
"August juga menderita kanker
otak.." Potong dokter.
Mama August smakin tidak bisa menahan
air yang menggantung di kelopak matanya, dan kini air mata itu jatuh.
"Aku harus donor apa lagi dok?
Ambil saja asalkan August sembuh, aku sekarang sudah 17tahun, aku berhak
memutuskan, bilang saja sekarang apa yang bisa aku donorkan?" emosi Juni
tak terbendung matanya berkaca.
Semuanya hening terdiam suasana menjadi
sendu.
"Tidak Juni, aku mengajakmu kesini
bukan untuk meminta sebagian dari organmu lagi...Aku meminta keceriannmu, senyumu
yang selalu membuatku bertahan, aku memaksa Mama dan Papaku untuk menemui, agar
aku bisa sembuh seperti 13 taun yang
lalu" August menatap Juni lekat.
"Sekarang kamu tau kan Juni, kamu
memang lahir di bulan juni nak, namun operasi pertamamu di bulan desember lalu telah
memberikan kesembuhan, dan jiwa baru untuk August. Maka sejak saat itu kamu dan
August diberi tanggal lahir baru yaitu hari ini 5 Desember, sekarang kamu sudah
17 tahun kamu berhak mengganti taggal lahir kamu menjadi Juni karena kini kamu
sudah tau kan alasannya" terang Mama.
Juni hanya terdiam, perasaannya
bercampur aduk, ia sedih, terharu, juga lega karena pertnyaannya selama ini
terjawab sudah.
"Juni aku minta maaf" August memegang
pundak Juni
"August mari kita mulai oprasinya waktu
tidak bisa menunggu" ajak dokter.
August mengganti pakaiannya dan berbaring di
bedtroli suster memasangkan infusan, August sekarang terlihat tak berdaya namun
wajahnya memancarkan senyuman yang tulus dan Juni menyadari ternyata August itu
cakep juga.
Juni merasakan getaran yang berbeda,
hormon dopaminnya meningkat mengakibatkan jantungnya terasa berdetak lebih kencang
tak seperti biasanya, ujung-ujung jarinya terasa dingin, lututnya terasa lemas,
matanya seakan tak mau lepas dari pandangan August. Juni merasa pernah
merasakan hal ini sebelumnya, ia seperti dejavu. Terlintas di pikirannya Juni
kecil merengek dan berbaring dengan selang infuse, ia dibawa ke sebuah ruangan
dengan lampu seperti ufo dan menatap wajah August kecil yang terlihat pucat dan
lemas. Namun ia masih bisa tersenyum, manis sekali.
Juni ingat masa kecilnya, sama seperti
apa yang ia rasakan saat ini. August dibawa ke ruang operasi. Juni, mama dan Papa
August menunggu di ruang tunggu. Juni nampak gelisah ia terus memilin tali tas yang
ia kenakan, dan sesekali melihat jam tangan nya. Tiga jam berlalu, namun dokter
belum menampakan batang hidungnya, wajah-wajah di ruang tunggu itu semakin
cemas sampai akhirnya dokter keluar.
"Saya sudah berusaha semaksimal
mungkin"
Suara tangis Mama Augustpun pecah, dokter
bilang August masih bisa bertahan untuk beberapa jam saja. August dipindahkan
ke ruang rawat, Juni hanya diam ia tak tau harus mengeluarkan respon seperti
apa, orang yang baru saja ia kenal ternyata memiliki masa lalu yang berati bagi
kehidupannya sekarang, ditambah pertama kalinya ia merasa prasaan yang aneh
reaksi kimia yang melibatkan rekasi hormone dopamine dan serotonin yang aktif.
Rasanya seperti "jatuh cinta".
August akhirnya siuman, setelah beberapa
jam operasinya, ia menoleh ke arah Juni. Juni menghampirinya.
"August kamu pasti sembuh keep
kalem ya"
Augus hanya tersenyum.
"Kita kan baru saja kenalan masa
sudah kamu tinggal pergi lagi, ini kan hari ulang tahun kita, katanya mau
dirayakan" rengek Juni.
"Tolong bawa aku ke taman di belakang
rumah sakit ini" pinta August.
Dokterpun mengijinkannya. August dipopang
dan dipindhkan ke kursi roda. Hari sudah mulai senja, mataharipun mulai meredup
dan tenggelam, sinarnya tidak terlalu memantul di kepala August. Di taman itu
banyak sekali anak-anak yang memiliki kepala yang sama dengan August mereka sedang
bermain di gundukan pasir. August memintaku untuk mendorong kursi rodanya
kesana, ia meminta Juni mencetak pasir dengan pot bunga dan meletakan beberapa
batang ranting diatasnya.
"Ini kue ulang taun kita" August
bersorak
"Ap harapan kamu Juni?"
"Aku ingin organku ini tidak
sia-sia untukmu August"
"Tak ada niat yang
sia-sia tak ada pengorbanan yang percuma Juni. Tuhan memiliki catatannya."
“Lalu ap harapanmu August?"
"Aku berharap aku ingin hidup lebih
lama lagi.. Tapi.."
"Tapi apa? Kmu pasti akan sembuh Gus,
yakinkan itu. Perasaanku mengatakan kamu akan sembuh "
"Terkadang kata hati lebih masuk
akal daripada logika, bayangan lebih nyata daripada spesial efek, dan kenangan
lebih hidup daripda fiksi ilmiah "
"Yuk tiup lilinya" ajak Juni.
Merekapun
seperti anak kecil meniup lilin dikue pasir
"Hari sudah mulai gelap Jun tolong
bawa aku masuk lagi ke dalam ya" pinta August.
Juni mendorong kursi roda kembali ke dalam,
sesampainya di dalam tangan August terkulai, ternyata ia sudah tidak bernyawa.
"August bangun" teriak Juni
"Bahkan kmu belum mengucapkan terimkasih padaku, banguuuuun" Juni
terisak.
Suasana duka menyelimuti seisi ruangan
itu, iya August sudah tiada. Mama August memeluk August yang sudah tiada itu
dan memecahkan tangisannya, Papa berusaha menenangkan Mama yang mulai tak bisa
mengendalikan kesedihannya. Juni hanya bisa pasrah, dada nya sangat sesak
kenapa ia harus menyaksikan hal yang seperti ini dalam hidupnya. August adalah
hal terindah yang pernah ia temui, belum 24 jam ia sudah harus pergi. Juni
memeluk Mama ia sudah tak kuasa lagi mengendalikan perasaannya. Lebih sakit
dari patah hati. Dokter hanya menggelangkan kepala, dan juga mnitikan air
matanya. Suster membaringakn tubuh yang kini lemas itu di ranjang, kemudian
menutup seluruh tubuh August dengan kain putih. August telah pergi selamanya.
-
Tiga
hari kemudian -
Siang itu Juni pergi ke kantor kelurahan
ia akan membuat KTP
"Nama anda?" Tanya petugas kelurahan
sambil mengetik di komputernya.
"Juni Alysa"
"Tanggal lahir?"
"..................."
Juni meremas tali tas selendangnya.
"Maaf tanggal lahir anda?"
"......... “
Petugas kelurahan itu menggantungkan
kedua jarinya di atas ketboard, mataya terus menatap Juni yang sedang tertunduk
dan meremas tali tas selendangnya.
“ Tanggal lahirnya mba?” petugas mulai
gemas.
“…. 5 Desember 1995" Jawab Juni
mantap.
--- Selesai ---
Epilog
Dahulu semasa kuliah Mamanya Juni itu menjalin
hubungan spesial tiga tahun dengan papanya August, namun setelah bekerja dan
sukses papa August meninggalkan Mama Juni, dan lebih memilih wanita lain (mama
August). Bertahun-tahun Mama Juni susah move on, ia sangat sedih. Hingga
akhirnya saat ini anaknya "Juni" lah yang diutus sebagai penolong
"August" yang tiada lain adalah anak dari mantan mama Juni. Yang Ironisnya
telah menyakiti dan meninggalkan mama Juni tanpa sebab.
Pada akhirnya Malaikat Juga Tau Siapa Yang Jadi
Juaranya~
inspired by wowkonyol
nyimak dulu aja gan
ReplyDeleteterus update info yang lain nya