Search This Blog

Home » » Cerpen June dan August

Cerpen June dan August

Posted by ®Ugiw Blog on June 05, 2013


Cerpen
June dan August

Rabu 5 Desember 2012 hari itu menjadi hari bersejarah buat Juni, karena hari itu dia berulang tahun. Juni masih heran dan tidak mengerti kenapa dia lahir di bulan Desember, jelas-jelas namanya Juni, itu pertanyaan Juni seumur hidup yang masih belum mendapatkan jawabannya sampai saat ini. Setiap ia menanyakan hal ini kepada orang tuanya, mereka selalu menjawab
“Jangan terlalu dipikirkan Juni, Mama hanya suka saja nama itu” terang Mama
“ Nanti juga kamu akan tau sendiri Juni” jelas Papa
Jadi sudahlah percuma saja Juni menanyakan hal ini, toh tak ada jawabannya. Apalah arti sebuah nama pikir Juni.
            Hari ini Juni tepat berusia 17 tahun, saat ini ia duduk di kelas 3 SMA. Juni dikenal sebagai perempuan yang biasa-biasa saja, dia tidak senang bejalan-jalan, merumpi di kantin atau nge-mall sehabis pulang sekolah seperti perempuan laiannya. Ia pun tidak terlalu menonjol di kelas. Juni lebih memilih untuk menghibur dirinya di keheningan perpustakaan dan membaca buku. Karena itu ia tidak terlalu banyak memiliki teman, hari gini siapa yang mau berteman dengan orang yang hobi baca buku. Membosankan. Buku favorit Juni adalah buku-buku Biografi, buku-buku biografi itu menginspirasi bukan motivasi berapi-api yang super, dan belum tentu terjadi. Hobinya yang baca buku biografi ini menunjukkan bahwa Juni adalah seorang kepoers sejati hehe.
            Jam menunjukan pukul 08.00 tanda pelajaran di mulai, namun kali ini ada yang berbeda, kelas Juni kedatangan murid baru.
“Ayo silakan masuk, perkenalkan diri kamu” Ibu Marwah wali kelas 3 IPA4 itu menuntun murid baru itu masuk.
Semua pasang mata murid di kelas itu tertuju ke arah pintu, tak ada sepasang matapun yang berpaling. Perlahan langkah demi langkah mulai maju, masuk menembus bayang cahaya matahari pagi yang memantul dari jendela. Pasang-pasang mata itu enggan berkedip, semakin penasaran ingin mengetahui  sosok murid baru itu, tak terkecuali Juni.
Seorang laki-laki. Kepalanya tak ditumbuhi sehelai rambutpun, pelontos. Kepala itu masih tertunduk menenggelamkan pandangannya ke lantai,

“Ayo silakan perkenalkan diri kamu” Suara bu Marwah memecah keheningan di kelas itu.
Semua murid dibuat penasaran, menunggu suara yang akan keluar dari mulut si laki-laki pelontos itu. Juni pun ikut penasaran, penyakit keponya semakin menjadi. Semua murid sudah tak sabar melihat wajah yang sejak tadi ia sembunyikan. Perlahan kepala itu mulai terangkat memberanikan diri melepas pandangannya ke depan. Semua murid di kelas itu memperhatikan laki-laki berkepala botak, tinggi sekitar 176cm, dan berkulit putih sedikit agak pucat, matanya lebam agak hitam.

“Selamat pagi teman-teman nama saya August, kalo terlalu ribet boleh panggil saya Agus, saya pindahan dari SMA11. Alasan sya pindah ke sekolah ini karena ikut Papa yang ditugaskan di daerah ini, saya suka bola klub favorit saya AC Milan, saya seorang Milanisti. Saya mau berteman dengan siapa saja kecuali dengan fans intermilan, Hobi saya travelling, sekian salam kenal.” 
Semua murid di kelas melongo mendengar penjelasn si August botak itu, mereka tidak menyangka bahwa laki-laki yang terlihat pemalu dan pendiam itu, ternyata bicaranya satu tarikan nafas tanpa jeda.
“Silakan kalau mau bertanya” sambung Ibu Marwah
“Dikelas ini sudah ada yang mempuanyai nama bulan. Juni, sekarang ada lagi namanya August" jelas ibu Marwah sambil menunjuk ke arah Juni,
“Tinggal nama July belum ada nih hehe”
“July mungkin nama anak dari August dan Juni nanti bu” Jawab August dengan santai dan dingin.
Juni langsung kaget, ia tidak menyangka August akan menjawab pertanyaan ibu Marwah seperti itu, Seisi kelas mulai tertawa dengan jawaban August, ternyata laki-laki se cool itu punya selera humor juga.
"Kamu pasti lahir bulan agustus kan?" Tanya Dina
"Bukan"
DEG jantung Juni kembali di kagetkan oleh jawaban August
"Saya lahir bulan Desember"
DEG Juni semakin sakit menahan kekagetannya yang bertubi-tubi, rasa penasaran Juni semakin mencuat ke permukaan, mengulum ribuan pertanyaan yang tak terbendung. Kali ini ia tidak bisa cuek dengan si murid baru yang bernama August ini, bagaimanapun ia harus cari tau tentang August.
"Waahh bener ya jodoh tuh sama si Juni hahaha" seisi kelas kembali tertawa.
"Oke sudah-sudah anak-anak. Silakan August kamu duduk, mudah-mudahan kamu betah ya di kelas ini " Ibu marwah mempersilakan August duduk di kursi yang masih kosong di pojok belakang.
August hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Saat August berjalan k tempat duduknya ia melewati kursi Juni dan sesaat mata mereka bertemu. Sepanjang jam pelajaran Juni merasa tidak tenang, pikirannya terus dihantui rasa penasaran dan kepo yang mendalam. Sesekali Juni menoleh ke belakang ke arah kursi August dan selalu mendapati pandangan August yang tajam dan penuh tanda tanya. Juni bertekad sepulang skolah ia akan mengajak August bicara dan menanyakan beberapa hal padanya. Pokonya harus. Juni merasa termotivasi untuk mencari tau tentang August, mungkin ia akan membuatkan Biografi juga kali ya, Juni merasa orang ini menarik dan misterius, ia suka itu.
Tiba-tiba secarik kertas mendarat di meja Juni, Juni menoleh ke belakang, August menganggukan kepala botaknya isyarat agar Juni membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Perlahan Juni membuka lipatan demi lipatan, dan Juni sempat melongo melihat tulisan pada kertas itu.
"Memang kadang kalimat spontan dari kepolosan sederhana lebih mampu menguatkanmu dari kalimat lantang dari motivasi yang berapi-api"
Juni mengerutkan dahinya, apa maksudnya dia menulis seperti ini? Tapi Juni merasa ada ikatan kuat dengan kalimat itu. Jjuni memutar otaknya mencoba mengingat dan mencari jawaban
"Maksudnya ap nih" lirihnya dalam hati.
Juni memperlihatkan wajah cuek dan tak peduli, sangat berlawanan dengan isi hatinya. Sepulang sekolah tekad Juni yang menggebu untuk mengenal August lebih jauh mulai padam, ia merasa belum waktunya untuk bertanya. Dengan berat hati ia telan kembali rasa penasarannya, ia lebih memilih merefreshkan otaknya dengan membaca di perpustakan seperti biasanya.
Tanpa diduga August mengikuti Juni dari belakang. Juni mengambil beberapa buku kmudian ia duduk di meja favoritnya dekat jendela. August memperhatikan Juni dr luar, tepat di samping jendela. August menulis di secarik kertas kali ini kertas yang lebih besar. August menempelkan kertas sebesar A4 itu di kaca jendela.
PLAK, Juni yang sedang asik membaca kaget mlihat tulisan di jendela
"SELAMAT ULANG TAHUN"
Wajah August tertutup kertas yang ia tempelkan. Juni berdiri berusha melihat siapa yang berani menganggunya yang sedang membaca. August menurunkan tangannya dari kaca. Bertambahlah kekagetan Juni ketika melihat kepala pelontos
"August!" Bentak juni.
August hanya tersenyum dan melambaikan tanganya. Juni berlari ke luar perpustakaan, kali ini ia tak bisa menahan diri LAGI. Ia menghampiri August
"Kenpa sih kamu membuat aku kaget terus dr tadi?"Celoteh Juni.
"Dari tadi?" August mengerenyitkan dahinya
"Mmm eh maksudnya tadi waktu di jendela"
“Kmu hari ini ulang tahun kan? aku hnya ingin memberi kejutan itu saja" jawab August dengan santai.
"Kok kamu tahu? kamu kan anak baru? Teman-teman di kelas saja sudah lupa”
 "Lha aku juga teman sekelasmu kan?"
"Iya sih, mmm kamu ini ditektif ya?" Juni semakin bingung.
"Hahahaha memangnya kepalaku ini mirip kaca pembesarnya Sherlock Holmes ya ?" August menunjuk kepala botaknya.
"Bukan, kok tau hari ini aku ulang tahun, orang yang baru mengenalku biasanya menyangka aku lahir di bulan Juni, karena namaku Juni" jelas Juni
 "Soalnya kita sama" August menatap mata Juni "Orang-orang  mengira pasti aku lahir bulan Agustus, nyatanya aku juga lahir bulan desember, hari ini"
 Kekagetan Juni kini sudah di level expert
"Hari ini?" Juni bertanya tak percaya.
"Iya, kita rayakan saja yuk bagaimana?" ajak August.
"Kita berdua maksudnya??"
"Iya, memangnya kenapa? kita kan sudah bisa bikin KTP, udh boleh keluar berdua dengan lawan jenis hehe" 
Juni hanya terdiam keheranan, karena rasa penasarannya ia mau saja diajak August pergi. August membawa Juni naik taxi  ke suatu tempat yang belum pernah Juni kunjungi sblumnya
"Kita mau kemana gus? Jangan jauh-jauh lho ya” Juni mulai panik takut diculik.
 "Tenang, Juni ga jauh kok, Sejauh-jauhnya jarak yang ada di dunia, jarak yang paling jauh itu adalah masa lalu"
"Kenapa?" Tanya Juni
"Karena ia tak akan pernah kembali" August menurunkan nada suaranya dan memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Juni kembali terkaget hampir 45 menit perjalanan menuju tempat tujuan. Juni memilih diam, karena takut jantungnya copot dengan jawaban-jawaban August yang menyesakan dada penuh tanda Tanya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat, Rumah Sakit anak khusus para penderita Kanker.
"Kenapa kita kesini gus?"
"Kita cari tau jawbanya di dalam ya"
Mereka berdua berjalan menelusuri lorong demi lorong. Juni meremas tali tas selendangnya menyalurkan rasa penasaran yang ia pendam sedari tadi. Sementara August berjalan dengan langkah mantap.
"Tahan dulu penasarannya, sebentar lagi sampai" Juni hanya menatap August tanpa bertanya lagi.
Di dalam ruangan itu ada empat orang sedang berkumpul dengan wajah dipenuhi rasa cemas. Dua orang laki-laki dan dua perempuan. Salah satu dari mereka memakai baju serba putih seprti Dokter. Perempuan yang memakai kerudung itu nampak meremas tissue yang setengah basah di tangannya. Sedangkan laki-laki disebelahnya merangkul pundak perempuan berkerudung kemudia mendekapnya. Satu perempuan lagi dengan topi khas suster nampak sedang membereskan berkas-berkas yang akan ditandatangani.

Kini keempat pasang mata itu tertuju pada August
"Akhirnya kamu datang juga nak, mama sudah khawatir"
"Tenang Ma aku masih hidup kok" Jawab August.
Juni tidak berani melangkah masuk
"Mana anak itu?" Tanya Mama.
"Sebentar, Juni sini masuk" ajak August
Dengan perasaan takut Junipun melangkah perlahan masuk ke ruangan dokter itu
"Sini nak" ajak Mama August
"Juni, ini Papa Mamaku, dan ini dokter yang akan mengoprasiku" terang August.
"Operasi?" Juni semakin bingung kepalanya mau pecah.
"Iya hari ini aku akan menjalani operasi terkhirku"
"AUGUST!!" bentak Papa
"Iya terkahir kan Pa, setelah ini sembuh dan sehat selamanya hehe" papa hanya terdiam.
Jangan ditanya lagi deh Juni pasti bingung setengah mampus, ia bingung apa hubungannya dengan semua ini, kenapa harus Juni yang terlibat, ia terus berfikir.
"Juni"
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil dari belakang.
"Mama"
"Kamu sudah disini ternyata" mama Juni pun dtang dan masuk ke ruangan dokter.
"Tolong jelaskan semua ini, ada apa aku bingung" Juni mulai gusar.
"Jadi kamu tidak ingat Juni?" Tanya August
"Mungkin rasa shock waktu itu menghilangkan short term memory pada Juni, jadi maklumi saja" jelas dokter.
"Dulu waktu usia kamu empat tahun kamu sering main kesini, menemani August" jelas mama Juni.
 "Iya Jun aku ini penderita Leukimia, berkat kamu aku masih bisa menikmati hidup sampai usia ku hari ini 17 tahun, kamu pernah membagi bagian tubuhmu untukku Juni. Aku tidak akan melupakan itu" jelas August.
"Kalian memang sama sekali tidak ada hubungan darah, saya awalnya heran kenapa ada kecocokan diantara kalian, kasus ini sangat langka" jelas dokter.
 "Mungkin Tuhan dulu membuat Juni dari tulang rusukku dok, jadi tidak heran kalau kita cocok meskipun tidak ada ikatan darah" wajah Juni langsung memerah.
"Dulu Papa August dan Mama itu 'teman baik'. Mama tak sengaja bertemu di apotik, ia menceritakan semua tentang August" terang mama Juni.
"Mama kemudian sering mengajak Juni main ke sini untuk menemani August, sampai suatu hari Juni berniat untuk mendonorkan organnya untuk kesembuhan August, agar kalian bisa terus bermain bersama, sampai dokter akhirnya memeriksakan Juni, dan ternyata hasilnya cocok, operasi pendonoranpun dilakukan"
“ Namun saat itu karena usiamu masih kecil, setelah operasi kamu mengalami shok Juni, jadi kamu mungkin kehilangan sebagian memory kamu" jelas dokter.
"Setiap aku menjalani operasi, aku sangat takut kehilangan memoriku Juni, aku berusha untuk itu, aku tidak mau melupakanmu" jelas August.
"Lalu sekarang kenapa harus operasi lagi? bukannya sudah sembuh?" Juni semakin sentimentil.
"Iya, leukimiaku memang sudah sembuh Juni tapi……”
"August juga menderita kanker otak.." Potong dokter.
Mama August smakin tidak bisa menahan air yang menggantung di kelopak matanya, dan kini air mata itu jatuh.
"Aku harus donor apa lagi dok? Ambil saja asalkan August sembuh, aku sekarang sudah 17tahun, aku berhak memutuskan, bilang saja sekarang apa yang bisa aku donorkan?" emosi Juni tak terbendung matanya berkaca.
Semuanya hening terdiam suasana menjadi sendu.
"Tidak Juni, aku mengajakmu kesini bukan untuk meminta sebagian dari organmu lagi...Aku meminta keceriannmu, senyumu yang selalu membuatku bertahan, aku memaksa Mama dan Papaku untuk menemui, agar aku bisa sembuh seperti  13 taun yang lalu" August menatap Juni lekat.
"Sekarang kamu tau kan Juni, kamu memang lahir di bulan juni nak, namun operasi pertamamu di bulan desember lalu telah memberikan kesembuhan, dan jiwa baru untuk August. Maka sejak saat itu kamu dan August diberi tanggal lahir baru yaitu hari ini 5 Desember, sekarang kamu sudah 17 tahun kamu berhak mengganti taggal lahir kamu menjadi Juni karena kini kamu sudah tau kan alasannya" terang Mama.
Juni hanya terdiam, perasaannya bercampur aduk, ia sedih, terharu, juga lega karena pertnyaannya selama ini terjawab sudah.
"Juni aku minta maaf" August memegang pundak Juni
"August mari kita mulai oprasinya waktu tidak bisa menunggu" ajak dokter.
 August mengganti pakaiannya dan berbaring di bedtroli suster memasangkan infusan, August sekarang terlihat tak berdaya namun wajahnya memancarkan senyuman yang tulus dan Juni menyadari ternyata August itu cakep juga.
Juni merasakan getaran yang berbeda, hormon dopaminnya meningkat mengakibatkan jantungnya terasa berdetak lebih kencang tak seperti biasanya, ujung-ujung jarinya terasa dingin, lututnya terasa lemas, matanya seakan tak mau lepas dari pandangan August. Juni merasa pernah merasakan hal ini sebelumnya, ia seperti dejavu. Terlintas di pikirannya Juni kecil merengek dan berbaring dengan selang infuse, ia dibawa ke sebuah ruangan dengan lampu seperti ufo dan menatap wajah August kecil yang terlihat pucat dan lemas. Namun ia masih bisa tersenyum, manis sekali.
Juni ingat masa kecilnya, sama seperti apa yang ia rasakan saat ini. August dibawa ke ruang operasi. Juni, mama dan Papa August menunggu di ruang tunggu. Juni nampak gelisah ia terus memilin tali tas yang ia kenakan, dan sesekali melihat jam tangan nya. Tiga jam berlalu, namun dokter belum menampakan batang hidungnya, wajah-wajah di ruang tunggu itu semakin cemas sampai akhirnya dokter keluar.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin"
Suara tangis Mama Augustpun pecah, dokter bilang August masih bisa bertahan untuk beberapa jam saja. August dipindahkan ke ruang rawat, Juni hanya diam ia tak tau harus mengeluarkan respon seperti apa, orang yang baru saja ia kenal ternyata memiliki masa lalu yang berati bagi kehidupannya sekarang, ditambah pertama kalinya ia merasa prasaan yang aneh reaksi kimia yang melibatkan rekasi hormone dopamine dan serotonin yang aktif. Rasanya seperti "jatuh cinta".
August akhirnya siuman, setelah beberapa jam operasinya, ia menoleh ke arah Juni. Juni menghampirinya.
"August kamu pasti sembuh keep kalem ya"
Augus hanya tersenyum.
"Kita kan baru saja kenalan masa sudah kamu tinggal pergi lagi, ini kan hari ulang tahun kita, katanya mau dirayakan" rengek Juni.
"Tolong bawa aku ke taman di belakang rumah sakit ini" pinta August.
Dokterpun mengijinkannya. August dipopang dan dipindhkan ke kursi roda. Hari sudah mulai senja, mataharipun mulai meredup dan tenggelam, sinarnya tidak terlalu memantul di kepala August. Di taman itu banyak sekali anak-anak yang memiliki kepala yang sama dengan August mereka sedang bermain di gundukan pasir. August memintaku untuk mendorong kursi rodanya kesana, ia meminta Juni mencetak pasir dengan pot bunga dan meletakan beberapa batang ranting diatasnya.
"Ini kue ulang taun kita" August bersorak
"Ap harapan kamu Juni?"
"Aku ingin organku ini tidak sia-sia untukmu August"
"Tak ada niat yang sia-sia tak ada pengorbanan yang percuma Juni. Tuhan memiliki catatannya."
“Lalu ap harapanmu August?"
"Aku berharap aku ingin hidup lebih lama lagi.. Tapi.."
"Tapi apa? Kmu pasti akan sembuh Gus, yakinkan itu. Perasaanku mengatakan kamu akan sembuh "
"Terkadang kata hati lebih masuk akal daripada logika, bayangan lebih nyata daripada spesial efek, dan kenangan lebih hidup daripda fiksi ilmiah "
"Yuk tiup lilinya" ajak Juni.
 Merekapun seperti anak kecil meniup lilin dikue pasir
"Hari sudah mulai gelap Jun tolong bawa aku masuk lagi ke dalam ya" pinta August.
Juni mendorong kursi roda kembali ke dalam, sesampainya di dalam tangan August terkulai, ternyata ia sudah tidak bernyawa.
"August bangun" teriak Juni "Bahkan kmu belum mengucapkan terimkasih padaku, banguuuuun" Juni terisak.
Suasana duka menyelimuti seisi ruangan itu, iya August sudah tiada. Mama August memeluk August yang sudah tiada itu dan memecahkan tangisannya, Papa berusaha menenangkan Mama yang mulai tak bisa mengendalikan kesedihannya. Juni hanya bisa pasrah, dada nya sangat sesak kenapa ia harus menyaksikan hal yang seperti ini dalam hidupnya. August adalah hal terindah yang pernah ia temui, belum 24 jam ia sudah harus pergi. Juni memeluk Mama ia sudah tak kuasa lagi mengendalikan perasaannya. Lebih sakit dari patah hati. Dokter hanya menggelangkan kepala, dan juga mnitikan air matanya. Suster membaringakn tubuh yang kini lemas itu di ranjang, kemudian menutup seluruh tubuh August dengan kain putih. August telah pergi selamanya.
-          Tiga hari kemudian -
Siang itu Juni pergi ke kantor kelurahan ia akan membuat KTP
"Nama anda?" Tanya petugas kelurahan sambil mengetik di komputernya.
"Juni Alysa"
"Tanggal lahir?"
"..................."
Juni meremas tali tas selendangnya.
"Maaf tanggal lahir anda?"
"......... “
Petugas kelurahan itu menggantungkan kedua jarinya di atas ketboard, mataya terus menatap Juni yang sedang tertunduk dan meremas tali tas selendangnya.
“ Tanggal lahirnya mba?” petugas mulai gemas.
“…. 5 Desember 1995" Jawab Juni mantap. 

--- Selesai ---

Epilog
Dahulu semasa kuliah Mamanya Juni itu menjalin hubungan spesial tiga tahun dengan papanya August, namun setelah bekerja dan sukses papa August meninggalkan Mama Juni, dan lebih memilih wanita lain (mama August). Bertahun-tahun Mama Juni susah move on, ia sangat sedih. Hingga akhirnya saat ini anaknya "Juni" lah yang diutus sebagai penolong "August" yang tiada lain adalah anak dari mantan mama Juni. Yang Ironisnya telah menyakiti dan meninggalkan mama Juni tanpa sebab.
Pada akhirnya Malaikat Juga Tau Siapa Yang Jadi Juaranya~

inspired by wowkonyol 


1 komentar:

Cara Berkomentar untuk yang tidak memiliki blog:
1. Klik selec profile --> pilih Name/URL
2. Isi nama kamu dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat fb kamu
3. Klik Lanjutkan
4. Ketik komentar kamu dan publish
Terima Kasih!

Ikuti Kami di Sosial Media

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Yahoo RSS Feed

Terpopuler

.comment-content a {display: none;}