Search This Blog

Home » » SM-3T Aceh Timur

SM-3T Aceh Timur

Posted by ®Ugiw Blog on October 27, 2013

 Tanah Nangroe Bagian 1

Oleh: SM-3T Mia Muslimah

Assalamu’alaikum wr. wb
Selamat datang di SDN 3 Blang Nisam, dusun M-III, Desa Blang Nisam, Kec. Indra Makmu Kab. Aceh Timur, NAD.
Setahun yang lalu terjadi pemekaran daerah, sehingga Kabupaten Aceh Timur berpisah dari pusat kotanya (Kotamadya Langsa). Tahun 2013 Kabupaten Aceh Timur sedang melakukan pembangunan pusat pemerintahan. Pusat kota berpindah dari Langsa, ke Idi Rayeuk. Tepatnya setelah konflik sekitar tahun 2000, NAD melakukan pembangunan besar-besaran. Ketika itu banyak sekali bangunan pemerintah yang dibakar, diantaranya bangunan sekolah, kantor dinas, rumah warga, pemutusan sumber listrik, dan lain-lain. Hal tersebut yang menjadi alasan bangunan sekolah di sini 90% menggunakan beton, sekalipun rumahnya terbuat dari kayu hutan dan sekolahnya pun ada di tengah-tengah hutan. Saya tidak akan menceritakan secara spesifik tentang konflik Aceh karena banyak pertimbangan. Nanti sajalah kalau kita bisa bertatap muka secara langsung.

Sejarah Desa Blang Nisam, Dusun M-III
Sekitar tahun 70-an pemerintah orde baru membuka akses hutan sebagai lapangan usaha masyarakat, pemerintah membangun rumah dari kayu hutan dan membeikan modal per KK sebanyak 3jt. Pada tahun 90an, Desa Blang Nisam menjadi desa yang padat penduduk dengan ekonomi yang mapan, pusat kota terletak di dusun M-III. Puskesmas, sekolah, pasar, dan layanan masyarakat lain sudah sangat lengkap. Masyarakat yang tinggal di sini terdiri dari suku Aceh dan Suku Jawa, perbandingannya hampir 50:50. Ketika konflik terjadi, semua masyarakat Suku Jawa meninggalkan tanah ini lantaran orasi dari oknum GAM yang mengatakan, “selama perang, semua darah yang tumpah di tanah ini halal hukumnya kecuali orang Aceh”. Dalam konflik tersebut juga ada beberapa diskriminasi ras, ada juga istilah cuak untuk orang Jawa. Tidak terhitung berapa anggota keluarga yang hilang, baik dari Suku Jawa maupun Suku Aceh. Saya tidak akan menceritakan secara spesifik tentang konflik Aceh karena banyak pertimbangan. Nanti sajalah kalau kita bisa bertatap muka secara langsung. Intinya sekarang sudah aman, Insya Alloh.

Sekarang, semua masyarakat di dusun M-III 100% berasal dari suku Aceh, mereka menyebut dirinya sebagai ‘orang-orang sisa konflik’. Karena mereka telah lahir disana, dan tidak punya lagi sanak saudara di tempat lain sehingga tidak tau lagi harus pindah kemana. Satu-satunya tanah yang mereka miliki adalah tanah ini, maka apapun yang terjadi mereka akan tetap bertahan di tanah ini. Jumlah KK di dusun ini tidak lebih dari 12 KK, jumlah masyarakatnya kurang lebih ada 50 orang. Semuanya memiliki pertalian darah satu sama lain. Hal tersebut yang menjadi alasan utama mengapa sekolah memiliki kalender pendidikannya sendiri.

SDN 3 Blang Nisam
Menuju ke sekolah ini memerlukan waktu 6 jam dari Medan ke Langsa, 3 jam dari Langsa ke Kuta Binjei, 1 jam dari Kuta Binjei ke Kec. Indra Makmu, 1 jam dari kec. Indra Makmu menuju dusun M-III dengan rute off road mendaki-menuruni bukit ke dalam hutan. Dan hanya bisa dilewati dengan honda (motor).

Jalan menuju Dusun M-III
Secara administratif, peserta didik SDN 3 Blang Nisam terdaftar sebanyak 37 siswa. Sekolah ini mudah ditemui redaksinya di google sejak dimulainya pendataan secara online. Pada kenyataannya sekolah ini memiliki 10 murid dari kelas I sd kelas VI, 2 wali kelas, 1 guru olahraga, 1 guru agama, 1 kepala sekolah, yang semuanya merangkap menjadi wali kelas, ditambah 1 orang guru SM3T melengkapi kriteria minimum atribut sekolah, yakni 6 orang. Dalam penyelenggaraan pembelajaran sehari-hari, guru yang datang paling tidak 1-2orang. Banyak alasan yang membuat para guru tidak bisa hadir setiap hari. Dan itu adalah hal yang wajar di sini.

Sumber listrik sudah mulai ada lagi sejak setahun lalu. Tapi tidak ada sumberlistrik di sekolah. Karena sekolah berjarak satu bukit dari pemukiman warga. Kalau panen, sekolah libur. Para guru pergi ke kebun dan anak-anak pergi membantu orang tuanya. Jika terjadi hujan yang sangat lebat, sekolah bisa jadi libur kembali, parit banjir dan ada beberapa rumah yang terisolasi karenanya. Jalan menuju sekolah pun payah kali. Jika anak-anak bersikeras untuk sekolah, jalan kaki menuju sekolah ditempuh selama 30 menit, dari yang biasanya hanya 10 menit. Belum lagi jalan licin, cacing yang ukurannya lebih mirip belut, kotoran babi yang terbawa air. Anak-anak paling tidak mau terkena kotoran babi. “payah kali lah bu!” begitu katanya.

FYI: kotoran babi mengandung bakteri yang saya tidaktau namanya, bakteri itu membuat penyakit kulit yang sangat fatal. Jika anggota tubuh ada yang terkena kotoran babi, bagian kulit yang terkena tersebut akan terasa sangat gatal, kemerahan, dan berair, kemudian iritasi dan luka borok. 2 siswa dari desa tetangga tidak akan berangkat sekolah karena jalan terhalang banjir di parit, dan honda milik ayahnya tidak akan bisa mengantarnya pergi ke sekolah. Tidak mungkin jalan kaki, alasan pertama mereka takut bertemu bui (babi) di jalan, ase (anjing), ular, atau monyet ekor panjang yang nakal.

Lain lagi cerita yang payah, lain lagi cerita yang bahagia. Jika ada salah satu dari anggota keluarga yang mengadakan kenduri (pesta), maka sekolah juga akan libur. Setiap pagi anak-anak dan saya berangkat ke sekolah bersama, bermacam-macam burung selalu kami temui di pagi hari. Ada yang unik yakni burung geut-geut, bentuknya besar seperti ayam, ekornya naik seperti ekor merak. Saya hana tepu (tidak tau) apa nama latinnya. Hutan hidup dipagi dan malam hari, ramai kali suara penghuninya, tapi wujudnya sulit ditangkap oleh mata.

Sampai Idi rumoh sekolah, orchestra kodok bising kali, tepat di halaman belakang sekolah. Untuk meredamnya, saya akan membuka pintu belakang kantor yang langsung mengadap ke hutan, seketika suara kodok berhenti. Kawanan monyet ekor panjang kadang ‘menjajah’ atap sekolah kami, mengambil biji-bijian yang jatuh tertiup angin di sana. Saya dan anak-anak akan saling berteriak dengan kawanan monyet untuk menunjukkan siapa yang berkuasa atas bangunan sekolah’. Hahaha.

Hutan depan bangunan sekolah


Halaman belakang sekolah
Jalan menuju sekolah
Nah,ini dia….

Home sweet home c:

Sekali waktu saya minta ikut pergi ke hutan, mencari petai. Tau kan? Petai?

Ini namanya bentor, becak motor. Sudah pernah dengar sebelumnya ya?

Kalau di sini tidak ada tukang tambal ban, adanya ini…

Minggu pertama, perpisahan kak Irvan, saya bersama keluarga pergi ke pantai Idi cut
habitat kelelawar di pantai Idi cut.
Bersambung....!!!


4 komentar:

  1. artikel nya sangat basus
    dan menarik untuk dibaca
    terimakasih atas info ny

    ReplyDelete
  2. thanks gan infonya menarik dan bermanfaat sekali
    update terus info menarik lainnya semoga sukses terus

    ReplyDelete
  3. bagus sekali info nya
    sangat menarik dan bermanfaat

    ReplyDelete
  4. thanks gan infonya menarik dan bermanfaat sekali
    terus update info menarik lainnya semoga sukses terus

    ReplyDelete

Cara Berkomentar untuk yang tidak memiliki blog:
1. Klik selec profile --> pilih Name/URL
2. Isi nama kamu dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat fb kamu
3. Klik Lanjutkan
4. Ketik komentar kamu dan publish
Terima Kasih!

Ikuti Kami di Sosial Media

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Yahoo RSS Feed

Terpopuler

.comment-content a {display: none;}