Tanah Nangroe Bagian 1
Oleh: SM-3T Mia Muslimah
Selamat datang di SDN 3 Blang Nisam, dusun M-III, Desa Blang Nisam, Kec. Indra Makmu Kab. Aceh Timur, NAD.
Setahun
yang lalu terjadi pemekaran daerah, sehingga Kabupaten Aceh Timur
berpisah dari pusat kotanya (Kotamadya Langsa). Tahun 2013 Kabupaten Aceh
Timur sedang melakukan pembangunan pusat pemerintahan. Pusat kota
berpindah dari Langsa, ke Idi Rayeuk. Tepatnya setelah konflik
sekitar tahun 2000, NAD melakukan pembangunan besar-besaran. Ketika itu
banyak sekali bangunan pemerintah yang dibakar, diantaranya
bangunan sekolah, kantor dinas, rumah warga, pemutusan sumber listrik,
dan lain-lain. Hal tersebut yang menjadi alasan bangunan sekolah di sini
90% menggunakan beton, sekalipun rumahnya terbuat dari kayu hutan dan
sekolahnya pun ada di tengah-tengah hutan. Saya tidak akan menceritakan secara spesifik tentang konflik Aceh karena banyak pertimbangan. Nanti sajalah kalau kita bisa bertatap muka secara langsung.
Sejarah Desa Blang Nisam, Dusun M-III
Sekitar tahun 70-an pemerintah orde baru membuka akses hutan sebagai
lapangan usaha masyarakat, pemerintah membangun rumah dari kayu hutan dan
membeikan modal per KK sebanyak 3jt. Pada tahun 90an, Desa Blang Nisam
menjadi desa yang padat penduduk dengan ekonomi yang mapan, pusat kota
terletak di dusun M-III. Puskesmas, sekolah, pasar, dan layanan
masyarakat lain sudah sangat lengkap. Masyarakat yang tinggal di sini
terdiri dari suku Aceh dan Suku Jawa, perbandingannya hampir 50:50.
Ketika konflik terjadi, semua masyarakat Suku Jawa meninggalkan tanah ini
lantaran orasi dari oknum GAM yang mengatakan, “selama perang,
semua darah yang tumpah di tanah ini halal hukumnya kecuali orang Aceh”.
Dalam konflik tersebut juga ada beberapa diskriminasi ras, ada juga
istilah cuak untuk orang Jawa. Tidak terhitung berapa
anggota keluarga yang hilang, baik dari Suku Jawa maupun Suku Aceh. Saya
tidak akan menceritakan secara spesifik tentang konflik Aceh karena
banyak pertimbangan. Nanti sajalah kalau kita bisa bertatap muka secara langsung. Intinya sekarang sudah aman, Insya Alloh.
Sekarang, semua masyarakat di dusun M-III 100% berasal dari suku Aceh,
mereka menyebut dirinya sebagai ‘orang-orang sisa konflik’. Karena mereka
telah lahir disana, dan tidak punya lagi sanak saudara di tempat lain
sehingga tidak tau lagi harus pindah kemana. Satu-satunya tanah
yang mereka miliki adalah tanah ini, maka apapun yang terjadi mereka akan
tetap bertahan di tanah ini. Jumlah KK di dusun ini tidak lebih dari 12 KK, jumlah masyarakatnya kurang lebih ada 50 orang. Semuanya memiliki
pertalian darah satu sama lain. Hal tersebut yang menjadi alasan utama
mengapa sekolah memiliki kalender pendidikannya sendiri.
SDN 3 Blang Nisam
Menuju
ke sekolah ini memerlukan waktu 6 jam dari Medan ke Langsa, 3 jam dari
Langsa ke Kuta Binjei, 1 jam dari Kuta Binjei ke Kec. Indra Makmu, 1 jam
dari kec. Indra Makmu menuju dusun M-III dengan rute off road
mendaki-menuruni bukit ke dalam hutan. Dan hanya bisa dilewati dengan honda (motor).
Jalan menuju Dusun M-III
Secara administratif,
peserta didik SDN 3 Blang Nisam terdaftar sebanyak 37 siswa. Sekolah ini
mudah ditemui redaksinya di google sejak dimulainya pendataan secara online. Pada kenyataannya sekolah ini memiliki 10 murid dari kelas I sd
kelas VI, 2 wali kelas, 1 guru olahraga, 1 guru agama, 1 kepala
sekolah, yang semuanya merangkap menjadi wali kelas, ditambah 1 orang
guru SM3T melengkapi kriteria minimum atribut sekolah, yakni 6 orang.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran sehari-hari, guru yang datang paling
tidak 1-2orang. Banyak alasan yang membuat para guru tidak bisa hadir
setiap hari. Dan itu adalah hal yang wajar di sini.
Sumber listrik sudah mulai ada lagi sejak setahun lalu. Tapi tidak ada sumberlistrik di sekolah. Karena sekolah berjarak satu bukit dari pemukiman warga. Kalau
panen, sekolah libur. Para guru pergi ke kebun dan anak-anak pergi
membantu orang tuanya. Jika terjadi hujan yang sangat lebat, sekolah bisa
jadi libur kembali, parit banjir dan ada beberapa rumah yang terisolasi
karenanya. Jalan menuju sekolah pun payah kali. Jika anak-anak
bersikeras untuk sekolah, jalan kaki menuju sekolah ditempuh selama 30
menit, dari yang biasanya hanya 10 menit. Belum lagi jalan licin,
cacing yang ukurannya lebih mirip belut, kotoran babi yang terbawa air.
Anak-anak paling tidak mau terkena kotoran babi. “payah kali lah bu!” begitu katanya.
FYI:
kotoran babi mengandung bakteri yang saya tidaktau namanya, bakteri itu
membuat penyakit kulit yang sangat fatal. Jika anggota tubuh ada yang
terkena kotoran babi, bagian kulit yang terkena tersebut
akan terasa sangat gatal, kemerahan, dan berair, kemudian iritasi dan luka
borok. 2 siswa dari desa tetangga tidak akan berangkat sekolah karena jalan terhalang banjir di parit, dan honda milik ayahnya tidak akan bisa mengantarnya pergi ke sekolah. Tidak mungkin jalan kaki, alasan pertama mereka takut bertemu bui (babi) di jalan, ase (anjing), ular, atau monyet ekor panjang yang nakal.
Lain lagi cerita yang payah, lain lagi cerita yang bahagia. Jika ada salah satu dari anggota keluarga yang mengadakan kenduri (pesta),
maka sekolah juga akan libur. Setiap pagi anak-anak dan saya berangkat
ke sekolah bersama, bermacam-macam burung selalu kami temui di pagi hari.
Ada yang unik yakni burung geut-geut, bentuknya besar seperti ayam, ekornya naik seperti ekor merak. Saya hana tepu (tidak tau) apa nama latinnya. Hutan hidup dipagi dan malam hari, ramai kali suara penghuninya, tapi wujudnya sulit ditangkap oleh mata.
Sampai Idi rumoh sekolah, orchestra kodok bising kali, tepat
di halaman belakang sekolah. Untuk meredamnya, saya akan membuka pintu
belakang kantor yang langsung mengadap ke hutan, seketika suara kodok
berhenti. Kawanan monyet ekor panjang kadang ‘menjajah’ atap sekolah
kami, mengambil biji-bijian yang jatuh tertiup angin di sana. Saya dan
anak-anak akan saling berteriak dengan kawanan monyet untuk menunjukkan siapa yang berkuasa atas bangunan sekolah’. Hahaha.
Hutan depan bangunan sekolah
Halaman belakang sekolah
Jalan menuju sekolah
Nah,ini dia….
Sekali waktu saya minta ikut pergi ke hutan, mencari petai. Tau kan? Petai?
Ini namanya bentor, becak motor. Sudah pernah dengar sebelumnya ya?
Kalau di sini tidak ada tukang tambal ban, adanya ini…
habitat kelelawar di pantai Idi cut.
artikel nya sangat basus
ReplyDeletedan menarik untuk dibaca
terimakasih atas info ny
thanks gan infonya menarik dan bermanfaat sekali
ReplyDeleteupdate terus info menarik lainnya semoga sukses terus
bagus sekali info nya
ReplyDeletesangat menarik dan bermanfaat
thanks gan infonya menarik dan bermanfaat sekali
ReplyDeleteterus update info menarik lainnya semoga sukses terus